bakabar.com, BANJARMASIN – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Kalimantan Selatan melibatkan guru untuk menurunkan angka stunting dan pernikahan usia anak.
Upaya itu coba diwujudkan melalui pertemuan pembukaan kegiatan Pemanfaatan Parameter Kependudukan di Kantor BKKBN Kalsel, Jumat (25/10).
“Hari ini para guru membahas bagaimana mengintegrasikan isu-isu kependudukan dalam kurikulum kependidikan,” ucap Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Kalsel, Muhammad Rizal Martua Damanik, kepada awak media.
Menurut Rizal, sejauh ini angka stunting di Kalsel masih terbilang tinggi. BKKBN melakukan pendekatan dengan pihak guru dengan harapan akan memberikan pengaruh terhadap para siswa dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
“Sesudah mendapatkan arahan, mereka mampu menyemangati para siswa dan orang tua dalam mencegah stunting,” papar dia.
Isu lain yang menjadi perhatian serius adalah pernikahan usia anak yang akan berdampak kepada remaja putri yang menikah di bawah usia 20 tahun.
“Dari segi organ reproduksinya belum siap. Dampak lainnya wanita juga akan menderita kanker rahim,” ungkapnya.
Selanjutnya adalah dampak yang diterima pada bayi yang dikandung oleh calon ibu berusia dini. Ia mencatat 30 persen kelahiran secara nasional terdampak stunting.
Salah satu peserta, Gusti Suryan menyambut baik kegiatan ini. Sinergi BKKBN dan Ikatan Guru Indonesia, kata dia, dapat menegaskan pentingnya peran pendidikan terhadap isu kependudukan, khususnya remaja sebagai generasi bangsa.
“Bagaimana mendidik dan mengupayakan anak-anak ini ke depan tidak lagi setelah lulus untuk nikah dini,” tukasnya.
Baca Juga:Soroti Stunting dan Pernikahan Usia Anak, BKKBN Kalsel Sosialisasi Hasil SDKI
Baca Juga:Baksos Polri Serentak, BKKBN Kalsel Hadirkan Bus Pelayanan KB
Reporter: Musnita Sari
Editor: Puja Mandela