bakabar.com, BANJARMASIN – Sampai kini, masih menjadi misteri dari mana asal muasal peluru yang bersarang di kepala Novianti Adelia.
Yang pasti, bocah 8 tahun asal Desa Batu Tungku itu tewas akibat luka tembak.
Lebih dulu ia dirawat intesif 4 hari di Rumah Sakit Ciputra Hospital, Kabupaten Banjar.
Jasadnya lalu dikebumikan pada Selasa (10/09) tak jauh dari kediamannya.
Novianti tewas usai terjebak dalam baku tembak antara polisi dengan pelaku pencurian di Jalan Trans Tanjung Dewa Desa Batu Tungku, Tanah Laut, Sabtu (7/9) sore.
Saat kejadian Novianti berada di mobil yang ditumpangi pelaku yang bernama Khairullah.
Selain Novi, seorang anggota unit Intel Polsek Panyipatan, Edi Ruvianto juga tertembak. Polisi berpangkat brigadir itu tertembus peluru di punggung bawah kiri.
Pengejaran menindaklanjuti pencurian sapi pada Minggu 1 September lalu, di Jalan Trans Kalimantan Km 35,5, Desa Tumbang Nusa, Pulang Pisau, Kalteng, tepatnya di bawah Jembatan Layang.
Baku tembak bermula saat polisi hendak memblokade akses jalan kendaraan pelaku. Dari depan dan belakang, 2 dari 3 mobil petugas mengapit Toyota Innova silver DA 8372 BH milik pelaku.
Tembakan peringatan sempat dilayangkan karena pelaku disebut memiliki senjata api genggam rakitan dan laras panjang.
“Saat itu pelaku tidak mau turun dari mobil yang ditumpanginya,” jelas Kasatreskrim Polres Tala AKP Alvin Agung Wibawa kepada bakabar.com, Selasa siang.
Saat diminta turun, suara tembakan tiba-tiba terdengar dari dalam mobil pelaku. Salah satunya mengenai Brigadir Edi yang duduk di kiri mobil belakang.
Merespon itu, sebagian petugas gabungan menolong Edi, dan sebagian lagi membalas tembakan ke mobil pelaku.
Sekira kurang lebih 2 kilometer dari lokasi penembakan mobil pelaku berhenti dengan pintu terbuka.
Di sana, didapati Novianti sudah bersimbah darah. Ada juga dua orang lainnya, yakni Irwansyah bersama anaknya bernama Gazali Akbar.
Hasil interogasi sementara, Irwansyah ialah rekan pelaku saat dulu mencari kayu. Saat ini Irwansyah diamankan di Mapolres Tala, sebagai saksi.
Sementara Khairullah yang belakangan diketahui adalah pecatan prajurit TNI Angkatan Darat berhasil lolos. Ia kabur ke arah hutan karet dengan luka tembak.
Polisi hanya menemukan senjata laras panjang rakitan warna hitam-hijau dengan peredam, dan amunisi 5,56 mm tajam sebanyak 9 butir.
Saat itu, Alvin katakan pelaku memuntahkan peluru secara membabibuta, kiri dan kanan kepada petugas yang mengepungnya.
"Kami belum mengetahui pasti asal-muasal peluru yang mengenai bagian kepala Novianti sebab belum dilakukan uji balistik," ujar Alvin kepada bakabar.com.
Tak menutup kemungkinan, kata dia, bisa saja peluru yang bersarang di kepala siswa kelas 3 SD berasal dari tembakan pelaku.
Alvin mengatakan baku tembak terjadi sangat cepat. "[Memasuki sore hari] di tempat itu sangat gelap, tidak diketahui siapa saja yang ada di dalam mobil,” aku Alvin.
“Anggota mengeluarkan tembakan peringatan ke atas namun tiba-tiba ada tembakan yang mengenai anggota kami. Terjadilah baku tembak,” sambung Alvin.
Dari keterangan ibunya, Novi sendiri bisa berada di dalam mobil pelaku karena terpaksa.
Hal ini selaras dengan dugaan polisi. Alvin menduga pelaku sengaja membawa Novi untuk dijadikan tameng.
“Sebab [pelaku] tahu kalau dikejar. Anak-anak yang dijadikan tameng,” jelas Alvin.
Menurut kesaksian warga, sehari sebelum penyergapan pelaku menginap di kediaman Irwansyah. Rumah saksi tidak jauh dari rumah korban Novianti. Paginya baru ia bertemu korban.
“Malam itu mau disergap tapi tidak jadi mungkin karena di rumah Irwansyah banyak orang, takut ada korban,” jelas warga yang enggan namanya dimediakan.
Lantas bagaimana pelaku bisa ke rumah Priono mengingat warga di sana baru kali pertama melihat pelaku di Desa Batu Tungku.
Ibunda korban mengatakan hal itu karena pertemanan Irwansyah dengan pelaku.
"Jadi anak saya itu diajak jalan-jalan berempat oleh pelaku," kata Siswanti, ibu korban, usai pemakaman.
Siswanti tak menyangka anaknya harus pergi dengan cara setragis itu. Ia pun terus meratapi kepergian anaknya.
"Anak saya ini sebenarnya tidak mau ikut. Tapi terus dibujuk [pelaku] untuk jalan-jalan. Sehingga dia mau. Saya sebenarnya tidak mengiyakan untuk ikut. Terus dibujuk kemenakan bapaknya agar ikut juga," sambung Siswanti.
"Tapi kok kenapa ditembak," lirih ibu tiga anak ini.
Siswanti berharap pelaku bisa segera ditangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Sementara, ayah Novi, Pariono, lebih banyak diam. Usai pemakaman ia hanya tertunduk lesu. Tatapannya banyak kosong, terpukul akan kepergian anak keduanya itu.
Baca Juga: Kisah Pilu di Balik Operasi Penyergapan Begal Sapi di Tanah Laut
Baca Juga: Isak Tangis Iringi Pemakaman Novianti, Bocah Tertembak Saat Penyergapan Begal Sapi
Reporter: Ahc14
Editor: Fariz Fadhillah