Kalteng

Desa Sentra Pertanian di Barut Keluhkan Jalan Penghubung

apahabar.com, MUARA TEWEH – Desa Jamut, Kecamatan Teweh Timur, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah dikenal dengan…

Featured-Image
Jalan menuju Desa Jamut, Kecamatan Teweh Timur, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah penghasil jagung dan beras, masih perlu penanganan dari dinas terkait, karena kalau musim penghujan warga kesulitan memasarkan hasil pertaniannya. Foto – apahabar.com/Muhammad Nasution

bakabar.com, MUARA TEWEH – Desa Jamut, Kecamatan Teweh Timur, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah dikenal dengan sentra produksi hasil pertanian, seperti jagung, padi dan sayur-sayuran.

Hasil produksi pertanian dari Desa Jamut diketahui mampu bersaing memenuhi kebutuhan pasar di Muara Teweh. Namun, hasil pertanian para petani di daerah itu mengalami kendala ketika hendak dipasarkan ke Muara Teweh, hal itu disebabkan masih ada beberapa titik jalan sulit dilewati karena rusak, terlebih jika memasuki musim pengujan.

Kepala Desa Jamut,Sunardidampingi Sekretaris Desa UcuRosidi dan Kaur Pembangunan Pady mengatakan, Desa Jamut adalah satu penghasil Jagung, padi dan sayur- sayuran, petani Desa Jamut tidak kalah bersaing dengan petani desa lain.

“Salah satu kendala untuk memasarkan hasil pertanian desa ini adalah infrastruktur jalan yang masih belum tertangani secara merata,sehingga kalau musim hujan banyak dari hasil kebun tidak bisa dipasarkan keluar desa karena kondisi jalan,” kata Sunar,Selasa (03/09).

Jalan menuju Desa Jamut kurang lebih 7 kilometer dari persimpangan Jalan Negara dan di beberapa titik masih ada lagi yang sulit dilewati terutama saat musim penghujan.

Selama ini,saat musim penghujan salah satu solusi untuk mengatasi kerusakan jalan yang menjadi keluhan petani adalah dengan mengerahkan warga turun kelapangan untuk memperbaiki kerusakan jalan di beberapa titik.

"Hal ini sering kami lakukan, agar petani dapat memasarkan hasil pertaniannya ke kota Muara Teweh," ujarnya.

Pada 2019 jalan menuju Desa Jamut hanya dapat 100 meter yang diperbaiki dengan cor beton sebagai lanjutan pembangunan tahun sebelumnya dari pemerintah daerah.

"Ditahun 2020 tetap kami usulkan dan sudah masuk melalui dinas terkait, tinggal menunggu persetujuan," kata Sunar.

Selain kerusakan jalan, tambahnya, jembatan kayu yang dibangun 20 tahun silam juga sudah dalam keadaan rawan dilalui atau berbahaya.

"Pasalnya lantai jembatan sudah banyak yang lepas, paku lantai juga sudah menjadi ancaman bagi pengendara roda dua dan roda empat," pungkasnya.

Baca Juga: Produksi 20 Ton Per Hektar, Batola Incar Sentra Bawang Merah

Baca Juga: Warga Batola Pertahankan Bercocok Tanam Padi

Baca Juga: Melalui LP2B, Batola Memproteksi 83 Hektare Lahan Pertanian

Reporter: Ahc17
Editor: Aprianoor

Komentar
Banner
Banner