Nasional

Pemindahan Ibu Kota Indonesia Jadi Atensi Warganet: ‘Ibu kota boleh pindah, tapi jangan hatimu’

apahabar.com, JAKARTA – Keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke…

Featured-Image
ILUSTRASI: Pemindahan Ibu Kota. Foto-Istimewa

bakabar.com, JAKARTA – Keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur rupanya mengundang antusiasme warganet dari kalangan milenial di media sosial Twitter. Demikian hasil riset Indonesia Indicator (I2).

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang mengatakan sepanjang 1 Agustus-26 Agustus 2019, antusiasme netizen terhadap isu pemindahan ibu kota cukup besar.

Indonesia Indicator mencatat ada sebanyak 93.321 percakapan dari 26.435 akun manusia dan 1.731 akun robot yang membahas isu pemindahan ibu kota tersebut.

Percakapan soal pemindahan ibu kota, menurut Rustika, didominasi oleh kalangan milenial.

“Sebanyak 44,5 persen netizen yang merespons adalah mereka yang berusia 18-25 tahun, sementara 38 persen netizen berusia 26-35 tahun. Jadi intinya, isu ini menarik perhatian milenial karena cukup mengejutkan, tidak disangka-sangka dan memberikan mereka imajinasi yang kreatif,” kata Rustika.

Emosi terbesar netizen atas isu tersebut adalah Anticipation, Surprise, dan Trust. Anticipation berisi tentang percakapan andai-andai bila pindah ibu kota apa yang akan mereka lakukan, harapan, kecemasan, kekhawatiran atas isu pindah ibu kota.

“Sedangkan isu surprise lebih banyak dipicu oleh keterkejutan atas keputusan pindah ibu kota, selain juga (sebenarnya karena percakapan yang dimunculkan dari sebuah acara talkshow di TV), sementara trust berisi tentang dukungan netizen pada keputusan presiden tersebut,” tuturnya.

Menariknya, lanjut dia, netizen berusia 18-25 tahun merespons isu tersebut dalam humor dan kreativitas.

“Misalnya, ibu kota boleh pindah, tapi jangan hatimu. Ibu kota boleh pindah tapi ibu-ibu kita tetap akan besanan kan?” kata Rustika.

Sementara, mereka yang berusia 26-35 tahun lebih banyak mengutarakan soal kekhawatirannya.

Dari sisi persebaran akun yang terdeteksi, lanjut Rustika, percakapan pemindahan ibu kota menjadi percakapan netizen dari berbagai wilayah. Dari 10 besar, DKI tertinggi, sementara itu terlihat pula akun-akundari Kaltim cukup aktif men-tweet.

“Isu terbesar yang menjadikan percakapan ini ramai karena percakapan soal di mana sebenenarnya lokasi ibu kota nantinya. Wilayah yang terbanyak disebut adalah Kaltim (19 ribu percakapan), Kalteng 13 ribu, lalu belakangan ini mereka menyebut Papua mungkin lebih baik (3.000 percakapan),” jelasnya.

Isu terbesar kedua terkait dengan kritikan netizen kepada Jokowi yang khususnya dilakukan lebih banyak dimunculkan oleh akun-akun oposisi pemerintah.

“Dari sisi jejaring percakapan seminggu terakhir, terlihat bahwa sebanyak 55,57 persen jejaring percakapan netizen menolak terhadap pemindahan ibukota, 9,37 persen mendukung, sementara 35,07 netral,” kata Rustika.

Kelompok kontra membahas soal urgensi, anggaran, dianggap tidak menyelesaikan masalah, atau lebih baik membayar utang. Sementara, kelompok pro, mendukung sepenuhnya dengan rancangan baru dengan konsep modern, smart, green, serta menyatakan bahwa saat ini sudah waktunya ada pemerataan pembangunan. Kelompok netral lebih bicarakan soal bahasan persiapan dan desain ibu kota baru.

Pasca-diumumkan

Setelah Presiden Jokowi mengumumkan keputusannya memindahkan Ibu Kota RI ke Kalimantan Timur, emosi netizen langsung didominasi oleh percakapan anak muda berusia 18-25 tahun.

Menurut Rustika, pada 26-27 Agustus 2019, ada sebanyak 59.848 percakapan dari 20.970 akun manusia (93,3 persen). Sebanyak 44,4 persen di antaranya didomiansi milenial usia 18-25 tahun.

“Mereka merespons pengumuman Presiden Jokowi dengan dengan ucapan ‘selamat’, ‘akhirnya’, ‘harapan’, serta mengutarakan beberapa ‘kecemasan’,” ungkap Rustika.

Sebanyak 36,8 persen netizen yang merespons isu tersebut berusia 26-35 tahun. Sebanyak 60,2 persen laki-laki dan 39,8 persen perempuan.

Pascapengumuman, emosi netizen didominasi oleh Anticipation, Trust, dan Joy. Percakapan yang sifatnya humor dan menghibur menjadi salah satu perhatian netizen, hingga mencapai 15 persen.

Selain itu, para netizen berharap agar pemindahan ibu kota tidak merusak hutan dan ekosistem.

Selain itu, juga berisi ajakan untuk mengawal, dan beberapa menunjukkan argumentasinya apabila dipindahkan ke Kaltim, termasuk juga ajakan bahwa PNS tidak boleh menolak.

Sementara itu, masih terdapat sebanyak 24 persen percakapan netizen yang memberikan kritikan dan beberapa penolakan masih dimunculkan lebih karena kekhawatiran bahwa pemindahan ini hanya akan menguntungkan pihak-pihak tertentu.

Emosi Trust merupakan bentuk dukungan atas keputusan pemindahan ibu kota tersebut, setelah akhirnya Jokowi mengumumkan wilayahnya.

“Isu negatif masih belum terlihat gregetnya. Mungkin karena strategi komunikasi yang digunakan Jokowi kemarin langsung menyasar ke pertanyaan yang selama ini ditujukan pada Jokowi, yakni soal lokasi, anggaran, urgensi,” demikian Rustika Herlambang.

Baca Juga:Telkomsel Siap Akselerasikan Ekosistem Digital Calon Ibu Kota Baru Indonesia

Baca Juga:Ibu Kota di Kaltim, dan Relevansi Pemikiran Bung Karno

Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner