bakabar.com, MARABAHAN – Hampir 90 persen warga Desa Bambangin memiliki nama depan Gusti, sekalipun terdapat nama depan lain yang menunjukkan seseorang masih memiliki garis keturunan Kesultanan Banjar.
Memang tidak terdapat sejarah tertulis yang menunjukkan fakta-fakta migrasi keluarga Kesultanan Banjar ke Bambangin.
Diyakini migrasi itu terjadi pascapemindahan pusat kerajaan dari Kuin ke Martapura, setelah Keraton Kesultanan Banjar dihancurkan Belanda pertengahan 1612.
Namun yang pasti Bambangin memegang teguh garis keturunan dari ayah. Keteguhan ini membuat gelar kebangsawanan yang diakui cuma Gusti, sekalipun masih terdapat gelar lain seperti Antung dan Andin.
Dari beberapa literatur kebudayaan Banjar, Gusti merupakan gelar yang diberikan kepada anak pangeran, baik laki-laki maupun perempuan.
Selanjutnya gelar itu dapat diturunkan, seandainya Gusti laki-laki menikah dengan Gusti perempuan, sehingga anak-anak mereka mendapatkan gelar Gusti pula, baik laki-laki maupun perempuan.
Kemudian andai seorang Gusti perempuan menikah dengan laki-laki biasa, anak mereka baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan gelar Antung.
Pun anak-anak mereka dapat menurunkan atau mewariskan gelar Antung menurut garis laki-laki kepada anak-anak laki-laki dan perempuan hingga seterusnya.
Sedangkan Andin merupakan anak dari Antung perempuan yang menikahi laki-laki biasa. Andai kemudian Andin perempuan menikah dengan laki-laki biasa, gelar mereka tidak dapat diturunkan lagi.
Namun demikian, penggunaan istilah kebangsawanan tersebut memiliki versi. Seperti pemberian gelar Antung kepada anak perempuan, sekalipun dari ayah seorang Gusti.
Sebaliknya di Bambangin, hanya gelar Gusti yang diakui. Akibatnya banyak warga yang kehilangan gelar kebangsawanan, karena lahir dari seorang ibu Gusti dengan laki-laki biasa.
“Aturan itulah yang membuat tidak seorang pun warga Bambangin menggunakan gelar selain Gusti,” ungkap Gusti Upi, Ketua Lembaga Masyarakat Bambangin.
Pemberian gelar kebangsawanan di Bambangin, berbeda lagi dengan Desa Binjai Pirua di Hulu Sungai Tengah. Selain Gusti dan Antung, terdapat juga gelar Nanang maupun Galuh di kampung tersebut.
“Kami tidak mengetahui pasti penyebab perbedaan itu. Mungkin di antaranya disebabkan beberapa kali perpindahan pusat Kesultanan Banjar, sehingga kebijakan juga berubah,” tukas Upi.
“Namun demikian, kami tidak ingin memperpanjang masalah versi keturunan. Terpenting semuanya bermuara dari Kerajaan Banjar di Kuin,” tandasnya.
Baca Juga: Menelusuri Jejak Pagustian di Bambangin
Baca Juga: Warisan Negara Dipa, Barikin Digadang Jadi Kiblat Seni dan Budaya
Baca Juga: Jalan Santai dan Rebutan Selfie Bersama Wawali Banjarbaru