Tak Berkategori

Masjid Keramat Palajau, Bukti Kejayaan Kerajaan Demak 

Bangunan masjid tertua dengan akulturasi budaya pra Islam (Hindu-Budha) di beberapa daerah di Nusantara ini dipercayai…

Featured-Image
Masjid Keramat Palajau.Foto-apahabar.com/AHC 11

Bangunan masjid tertua dengan akulturasi budaya pra Islam (Hindu-Budha) di beberapa daerah di Nusantara ini dipercayai sebagai bukti-bukti kejayaan penyebaran agama Islam oleh Kerajaan Demak, pelopor penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

HN Lazuardi, BARABAI

Raja Kerajaan Demak, Raden Fatah memiliki hubungan yang sangat erat dengan para Wali Songo. Sehingga penyebaran agama Islam di pulau Jawa semakin luas. Hingga puncak kejaayaannya, para wali dan utusan kerajaan menyiarkan Islam di luar Pulau Jawa.

Berbagai bukti peninggalan Kerajaan Demak itu terlihat dari bentuk akulturasi bangunan masjid yang menyerupai bangunan masjid kerajaan Demak. Diantaranya, atap yang bertingkat-tingkat yang memiliki nilai Islam yang dilambangkan dengan tingkatan dalam Islam, Hakikat, Syariat, dan Makrifat.

Kemudian terdapat serambi di bagian depan dan samping masjid, ukiran aksara Jawa yang terdapat pada masjid serta adanya kolam dan makam di sekitar masjid.

Salah satu bukti tersebut terdapat pada Masjid Keramat Palajau di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Masjid itu dipercayai warga didirikan para utusan Raden Fatah bersama Pangeran Kerajaan Banjar.

Berdirinya masjid itu memiliki historis dari program pengembangan ajaran Islam Kerajaan Demak yang membangun sembilan masjid di tiap pulau di Nusantara untuk menyiarkan Islam.

Masjid Keramat yang terletak di Desa Palajau, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah itu dipercayai sebagai bangunan kelima dari sembilan masjid yang dibangun Kerajaan Demak. Jumlah itu pun dipercayai sesuai dengan jumlah Wali Songo atau Sembilan Wali.

Bukti sejarah pembangunan masjid itu terdapat pada tiang bangunan. Di tiang itu terdapat pahatan aksara Jawa yakni, tempat, hari serta waktu pendirian masjid.

img

Tiang asal atau pertama masjid yang disebut Tiang Guru. Foto-bakabar.com/AHC 11

“Pembangunan masjid itu dilakukan abad ke 14,” ujarMa’mun Ahmad (61)pengurus masjid sekaligus Imam Masjid itu, saat ditemui bakabar.comdi Palajau, Sabtu (29/6).

Buku yang berjudul Sejarah Mesjid Keramat Palajau yang ditulis Meldy Muzada Elfa, lanjut Ma’mun, juga menyebutkan bahwa Masjid Keramat merupakan mesjid tertua peninggalan Demak di Kalsel. Di dalam buku itu pun juga menceritakan alur perjalanan para utusan dari Kerajaan Demak.

Seperti dikutip Ma'mun dari Buku itu, pada abad ke 13 ada 7 orang utusan dari kerajaan Demak datang ke Banjar. Mereka menyusuri Sungai Nagara di Hulu Sungai Selatan, menuju Sungai Buluh yang merupakan aliran sungai Batang Alai, kemudian menuju Pemangkih hingga sampai Sungai Palayarum tepatnya di Desa Palajau di HST.

Sesampai di sungai itu, tepat di Desa Palajau, para utusan kemudian menyiarkan Islam guna perluasan kekuasaan Kerajaan Islam dengan mendirikan Masjid. Kini masjid itu dinamakan Masjid Karamat Palajau.

Kata Keramat Diambil dari Julukan Belanda

Masjid Keramat Palajau, oleh masyarakat di sana dinamakan demikian karena berkaitan dengan nama desa, Palajau. Karena mesjid itu didirikan di bawah Pohon Palajau maka dinamakan Mesjid Palajau.

Sedangkan karamat, berawal dari masa penjajahan Belanda. Diceritakan Akhmad, warga Playarum atau Palajau diserang oleh Tentara Belanda.

img

Mimbar yang direnovasi (sebelumnya setinggi Tiang Guru dan letaknya di tengah mesjid sejajar Tiang itu.) Foto-bakabar.com/ AHC 11

“Warga ketika diserang Belanda, mereka masuk ke dalam masjid. Belanda pun mengepung masjid itu. Ketika ingin memasuki masjid, para tentara muntah-muntah,” kata Ahmad berdasarkan cerita lisan ke lisan oleh tetua dahulu.

Belanda, lanjut Akhmad, meninggalkan masjid. Akibat kejadian itu, Belanda akhirnya memberikan julukan terhadap tempat itu, yakni keramat. Jadi, oleh warga, mengambil julukan Belanda itu untuk menamai masjid dengan Masjid Keramat Palajau.

Peninggalan Demak yang Ada di Masjid

Berbagai peninggalan di Mesjid Keramat Palajau saat ini sebagian disimpan oleh pengurus masjid. Hal itu guna menghindari rusak maupun hilangnya peninggalan bersejarah tersebut.

Adapun peninggalan itu diantaranya, tiang menara, keris, gumpalan rambut yang dipercayai rambut Raden Fatah, buku-buku catatan, tajau dan kolam yang dibuat para utusan Kerajaan Demak.

Pada tiang menara atau Tiang Guru (sebutan masyarakat) merupakan tiang satu-satunya yang masih awet sejak dibangun pertama kalinya masjid itu. Di tiang, terdapat pahatan aksara Jawa yang menunjukkan tempat, nama hari, dan waktu pendirian mesjid.

Di tiang tersebut terdapat lubang pahatan yang memanjang ke atas sekitar 1 meter. Di dalamnya ada catatan catatan dengan tulisan Arab yang memuat silsilah orang yang terlibat dalam pembangunan mesjid.

Selain itu, dalam lubang pahatan juga ada gumpalan rambut yang dipercayai milik Raden Fatah, satu bilah keris yang berkelok sembilan dan sebuah tombak skil segi tiga dengan ukiran Sembilan Wali.

img

Kolam yang tak pernah kering (direnovasi menjadi sumur). Foto-bakabar.com/AHC 11

Benda-benda bersejarah tersebut disimpan pengurus masjid supaya tidak hilang. Sedangkan tiang itu ditutup menggunakan kaca.

“Ini kita tutup dan kurung supaya mencegah tangan-tangan yang menyasap/mengerik tiang. Dikhawatirkan digunakan untuk hal syirik. Karena dipercayai kayunya itu dipakai untuk jimat,” kata Ma’mun.

Kemudian ada tajau. Air yang ada di dalamnya dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

Peninggalan lainnya, ada kolam yang sudah mengalami renovasi. Kolam tersebut menurut Ma’mun, tak pernah terlihat kering.

"Walaupun dipakai satu kampung (Palajau), air tak pernah kering maupun surut. Sumur itu sering digunakan peziarah untuk membersihkan diri dan minum. Bahkan ada yang menggunakannya untuk mandi ketika berziarah,” terang Ma’mun.

Tradisi Para Peziarah di Masjid Keramat Palajau

Kebiasaan yang sering dilakukan peziarah di Masjid Keramat Palajau biasanya dilakukan ketika Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha. Salah satu kebiasaan peziarah itu disebut Batumbang.

“Di sini kalau lebaran banyak yang bawa anak kecil untuk batumbang,” kata Ma’mun.

Dijelaskan Ma’mun, Batumbang merupakan tradisi menginjakkan kaki ke mimbar bagi anak yang baru bisa berjalan. Kebiasan ini, telah dikenal sejak lama bahkan dilakukan turun temurun.

Anak yang baru bisa berjalan oleh orang tuanya diajak dan dituntun menaiki tangga mimbar.

“Maknanya itu kita memperkenalkan tempat ibadah di awal anak bisa berjalan,” terang Ma’mun.

Setelah Batumbang, lanjut Ma’mun, peziarah mengikuti salat berjamaah yang dipimpin imam setempat. Dilanjutkan dengan doa dan membagikan kue apam kepada jamaah dan menghamburkan uang receh kepada yang hadir, dengan harapan Allah memberikan rahmat dan berkah.

Ada juga yang datang sekedar memeluk Tiang Guru dengan harapan apa yang dihajatkan atau dicitakan terkabul.

Tak hanya itu, peziarah juga datang di hari-hari biasa untuk salat malam. Bahkan ada yang beritikaf, melakukan salat di empat sudut masjid.

“Kadang tengah malam ada yang membangunkan saya untuk jadi imam salat malam,” kata Ma’mun.

Setelah salat itu, lanjut dia, ada yang meminta air dari tajau, baik untuk mandi maupun diminum.

“Hal itu pun sama, tujuannya tidak lain mengambil berkah,” kata Ma’mun.

Sekedar untuk diketahui, salat malam banyak dilakuakuan para pejabat dan pengusaha di Kalsel maupun luar Kalsel.

Masjid Keramat Beberapa Kali DirenovasiMasjid Keramat Palajau berjarak sekitar 3 Km dari pusat perkotaan HST, Barabai. Masjid tersebut berada di Desa Palajau, Kecamatan Pandawan berdiri Masjid Keramat dengan luas 400 m2. Masjid itu beberapa kali direnovasi akibat kerusakan, seperti atap yang bocor namun tidak merubah bentuk asal.

Perenovasian lainnya yaitu meliputi tata letak masjid seperti pengurangan ketinggian bangunan, penyemenan kolam dan pemindahan mimbar serta tiang di masjid itu.

Ma’mun menceritakan, mulanya masjid itu berbentuk sederhana dan kecil dengan pondasi yang tinggi. Karena pondasi tanah yang terlalu tinggi, masyarakat bergotong royong memindahkan tanah ke bagian belakang mesjid.

Kemudian, mimbar di dalam masjid yang mulanya terletak di tengah dan menjulang tinggi (sekitar 4 meter), sesuai dengan tinggi Tiang Guru, dipindahkan ke bagian depan yang terletak disamping imam. Tiang itu pun ikut dipindahkan ke bagian sampingnya.

img

Masjid Keramat Palajau.Foto-bakabar.com/AHC 11

“Ini (mimbar) dulunya tinggi,setelah direnovasi direndahkan,” kata Ma’mun

Karena Tiang Guru memang semestinya ditempatkan di bagian tengah mesjid itu, sambung Ma'mun, warga kembali memindahkan ke bagian tengah.

Terakhir, menyemen kolam sehingga membentuk seperti sumur, memasang berbagai keperluan di Masjid seperti perbaikan lantai dan dinding yang kini sudah menggunakan keramik.

“Saat itu sedikit demi sedikit terkumpul dana. Selama itu pula, masjid ini direnovasi hingga menjadi seperti ini tanpa merubah bentuk bangunan asalnya. Dengan gotong royong masyarakat, semuanya dilakukan swadaya masyarakat,” kenang Ahmad Ma’mun.

Baca Juga: Karomah Datu Amin, Tak Terlihat Saat Hendak Dibunuh

Baca Juga: Syekh Muhammad Kasyful Anwar dan Keistimewaan Beliau yang Melegenda

Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner