Rintik hujan baru saja beranjak dari langit Kota Banjarmasin. Udara begitu dingin di malam ganjil terakhir di Ramadan ini. Meski begitu, ribuan warga memenuhi Masjid Jami Sungai Jingah, Banjarmasin, untuk menggelar salat di malam itu.
Riyad Dafhi, BANJARMASIN
Di Minggu (2/6/2019) malam yang larut itu, di kala sebagian orang tengah terlarut dalam tidur, Tuhan dengan kuasa-Nya menggerakkan hati orang-orang yang dikasihi-Nya untuk menghidupkan malam-malam terakhir Ramadan.
Malam itu, malam ke 29 Ramadan. Satu malamganjil di penghujung bulan yang penuh pengampunan itu, terlihat pemandangan yang luar biasa di Masjid bersejarah tersebut.
Laki-laki, perempuan, tua dan muda melebur dalam keheningan malam yang dingin. Orang-orang itu duduk bersimpuh, beriktikaf di ruang utama, bahkan beberapa di antaranya tumpah hingga ke halaman Masjid.
Nampak di antara mereka yang rela duduk di lantai halaman Masjid yang masih basah, menggelar sajadahnya, karena mengharapkan kedekatan bathin dengan Tuhannya.
Sembari menunggu qiyamul lail (salat malam), di Masjid tertua kedua di Kota Seribu Sungai itu, mereka bermunajat, memanjatkan harapan dan doa. Terdengar pula sayup-sayup lantunan suci ayat Alquran yang indah.
Sebagian, menyibukkan mulutnya dengan beristigfar, memohon ampunan, serta berzikir, memuja-muji kebesaran Tuhan dan Rasulnya.
Salah satu jamaah, bernama Muhammad Hernama rela datang, melintasi sepi serta gelapnya jalan Trikora, Banjarbaru, serta menembus dinginnya hembusan angin malam itu.
Pemuda berumur 20 tahun itu mengatakan pergi sendiri memacu sepeda motornya dari Banjarbaru sekitar pukul 10 malam dan akan menginap di rumah kerabatnya di Banjarmasin.
“Saya hanya berharap semoga mendapat rahmat dan taufik serta pengampunan dari Allah SWT,” ujarnya kepadabakabar.com.
Seirama, Hayyuni, mengungkapkan jika dirinya tidak memiliki alasan lebih selain hanya mengharap ridha dan maghfirah dari Allah SWT.
“Semoga di malam-malam terakhir ini kita bisa lebih meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT dan saya berharap semoga dipanjangkan umur agar bisa bertemu lagi dengan Ramadan tahun depan,” tuturnya.
Sekitar Pukul 01.30 salat malam pun dimulai. Tuan Guru H Ahmad Zuhdianoor berdiri mengangkat takbir memimpin salat hajat, di dalam sujud terakhir salat, beliau mendiamkan beberapa waktu agar para jemaah bisa memanjatkan harapan dan hajat-hajatnya yang belum dikabulkan.
Selepas salat hajat, Guru Zuhdi membaca surat Yasin bersama para jemaah dilanjutkan dengan membaca Salawat atas Nabi tercinta Sayyidina Muhammad SAW.
Lalu, Guru Zuhdi kembali bangkit dari duduknya dan kembali mengangkat takbir, tanda bahwa pelaksanaan salat tasbih dimulai.
Salat tasbih memiliki keutamaan untuk menggugurkan dosa-dosa di masa yang telah lalu, apalagi dilakukan di malam bulan yang suci ini.
Guru Zuhdi lalu menutup ibadah malam itu dengan zikir dan doa. Suara lirih yang mengagungkan Tuhan itu menambah keharuan, karena sebentar lagi tiba masa perpisahan dengan Ramadan, bulan yang penuh keistimewaan.
Baca Juga: Malam 25 Ramadan, Ratusan Jamaah Itikaf di Masjid Sabilal Muhtadin
Editor: Muhammad Bulkini