Religi

Kisah Wali Allah di Banua, Makam Datu Nuraya Disebut Terpanjang di Dunia

Tak sedikit jumlah waliyullah (Wali Allah) yang bermakam di Kalsel. Salah satunya makam yang terdapat di…

Featured-Image
Makam Datu Nuraya di Desa Tatakan, Tapin. Foto-Istimewa.

Tak sedikit jumlah waliyullah (Wali Allah) yang bermakam di Kalsel. Salah satunya makam yang terdapat di Desa Tatakan, Rantau, Kabupaten Tapin. Disebut sebagai makam terpanjang di dunia.

Ahya Firmansyah, TAPIN

Semula hanya padang ilalang dan semak belukar, warga dibantu alim ulama setempat, kemudian atas kuasa Allah SWT berhasil menemukan makam seorang wali Allah.

Diceritakan, sebelum ditemukan di area makam, terdapat dua pancaran cahaya yang menyala pada batu. Oleh warga, didatangi dan diduga adalah nisan kubur seseorang.

Melihat dan mengarah pada cerita ulama-ulama dahulu, maka warga pun meyakini bahwa makam ini adalah makam seorang wali Allah yang masyhur.

Kisah ini sangat terkenal dan membuat heboh. Pasalnya, makam ini tak lazim, lantaran berukuran tak seperti makam umumnya.

“Makam ini memiliki panjang kurang lebih 60 meter,” ungkap penjaga makam, Abdullah yang telah 20 tahun lebih bertugas di sana.

Lalu siapa penghuni makam yang begitu besar dan panjang ini?

Ia adalah wali Allah Datu Nuraya. Dikutip dari berbagai sumber, disebutkan Datu Nuraya bernama Syekh Abdul Mu'in.

Namun ada juga yang menyebutnya dengan Syekh Abdul Jabbar dan Syekh Abdur Ra'uf.

Menurut kisah, Datu Nuraya bukanlah orang asli Kalimantan. Dalam sebuah manaqib beliau pun, dikisahkan bahwa Datu Nuraya tidak diketahui asal muasal dari mana.

Kedatangan Datu Nuraya ke Kalimantan tepatnya di Rantau, belakangan diketahui membawa misi khusus atas perintah Allah SWT.

Beliau dapat petunjuk untuk menemui seorang wali Allah lainnya yang berada di Rantau, yaitu Datu Suban.

Sesaat kedatangan Datu Nuraya di hadapan Datu Suban, Datu Suban sedang bersama 13 muridnya.

Kemudian, Datu Suban menanyakan ihwal kedatangan Datu Nuraya, yang saat itu dikisahkan bertubuh sangat tinggi dan besar bagai raksasa.

Postur tubuhnya yang tak normal membuat ke 13 murid Datu Suban sigap dan siap dengan persenjataan seperti tombak. Lantaran terkejut melihat makhluk yang begitu besar.

Namun, oleh Datu Suban dengan perlahan mencoba bertanya kepada Datu Nuraya. “Assalamualaikum, siapakah anda?” tanya Datu Suban kepada Datu Nuraya.

Tetapi Datu Nuraya hanya menjawabnya dengan kalimat tauhid, “Lailahailallah”.

Pertanyaan serupa kembali ditanyakan Datu Suban, tapi sayang beliau mendapati jawaban yang sama.

Hingga dengan pertanyaan ketujuh, Datu Nuraya tetap menjawabnya dengan kalimat tauhid.

Namun, sampai di situ lah tubuh besar Datu Nuraya langsung jatuh tergeletak ke tanah. Ketika diperiksa, ternyata tubuh besar itu telah meninggal.

Hal ini pun sontak membuat yang hadir di sana saat itu kebingungan. Karena bagaimana harus mengurus mayatnya, memandikan jenazah dan menguburkannya.

Oleh Datu Suban, para murid beliau dibagi tugas, ada yang mencariknan batu nisan, ada yang menggalikan kubur, dan ada pula yang mengurus jenazah Datu Nuraya.

Sempat awalnya Datu Suban dan para murid kebingungan bagaimana mengangkat tubuh besar ini. Akan tetapi dengan kuasa Allah, ternyata tubuh besar Datu Nuraya begitu ringan layaknya kapas. Lantas, dengan serta merta lalu dikuburkan.

Dalam manakibnya, karena liang kubur masih kurang menampung tubuh besar Datu Nuraya, maka tubuh tersebut dilipat sehingga berbentuk huruf hamzah.

Sebelumnya Datu Suban memeriksa sekujur tubuh Datu Nuraya dan mendapati sebuah kitab dari tubuhnya.

Kitab ini lah yang pada akhirnya diajarkan kepada murid-murid Datu Suban, lalu diwariskan kepada murid beliau bernama Datu Sanggul.

Kitab tersebut kemudian populer dikenal dengan Kitab Barencong.

Dalam buku Manakib Datu Nuraya, juga disebutkan bahwa Makam Datu Nuraya kemungkinan yang terpanjang di dunia.

Kuburan Datu Nuraya itu diberi kain kuning. Dan kuburan itu berada dalam sebuah bangunan, supaya tidak kena hujan dan memudahkan warga berziarah.

Haul Datu Nuraya sendiri dilaksanakan setiap tanggal 15 Dzulhijjah. Tahun ini peringatannya sudah yang ke 254 kali.

Nama Datu Nuraya disematkan karena meninggal tepat di hari raya, sehingga menjadi Nur (cahaya) bagi bumi Tapin. Dan tubuhnya yang begitu besar sehingga digelar Raya.

Tak sedikit peziarah datang ke makam ini. Apalagi saat menjelang Ramadan tahun ini.

Apahabar.com sendiri berkesempatan berziarah ke sana, bersama rombongan Grup Mahabbah (Pecinta ulama dan habaib) asal Barjarmasin, akhir pekan tadi.

img

Grup Mahabbah (Pecinta ulama dan habaib) asal Banjarmasin saat berjiarah ke makam Datu Nuraya, Desa Tatakan, Tapin. Foto-Istimewa.

Baca Juga: Ziarah Makam Datu Gadung, Aulia yang Diberi Nama Sahabat Nabi

Baca Juga:Suka Duka Hartati, 16 Tahun Jual Kembang di Makam Datu Nuraya Desa Tatakan Tapin

Editor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner