Tak Berkategori

Kajian Ramadan Bersama Guru Zuhdi, Sifat Allah Terkandung dalam “Laailaahaillallaah”

apahabar.com, BANJARMASIN – Malam ke-22 Ramadan, pengajian bersama Tuan Guru H Ahmad Zuhdiannoor kembali menyambung pembahasan…

Featured-Image
Tuan Guru H Ahmad Zuhdiannoor. Foto-picgra

bakabar.com, BANJARMASIN – Malam ke-22 Ramadan, pengajian bersama Tuan Guru H Ahmad Zuhdiannoor kembali menyambung pembahasan tentang ilmu tauhid.

Seperti biasa, pelaksanaan kajian dilakukan usai tarawih di Masjid Jami Sungai Jingah, Banjarmasin.

Dalam bahasan, Minggu (26/05/2019) malam, Guru Zuhdi, begitu ulama kharismatik ini disapa, mengajarkan mengenai dzat Allah yang memiliki sifat-sifat.

“Dari awal kita telah membicarakan masalah mengenal Allah SWT dengan jalan tauhid (sifat 20), jadi kesimpulannya bahwa mengenal makhluk atau mengenal diri itu; Pertama, yang perlu kita ketahui bahwa diri kita ini baharu, alam semesta pun juga baharu, dan semua yang ada itu adalah baharu,” kata Guru Zuhdi.

Dijelaskan Guru Zuhdi, semua alam itu baharu (baru) artinya sesuatu yang semula tiada menjadi ada, itu dinamakan dengan baru. Berarti kita ini adalah baru, karena yang asalnya tidak ada kemudian menjadi ada.

Hal itu menjadi bukti bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa, karena yang mampu membuat kita menjadi ada itu jelas bukan kekuatan kita, ditambah lagi dengan i’tiqad (keyakinan) yang kedua, bahwa dzat kita yang baru ini tidak memberi bekas.

Baca Juga: Kajian Ramadan Bersama Guru Zuhdi, Manusia Sebagai Hamba Tidak Punya Daya Upaya

Baca Juga: Kajian Ramadan Bersama Guru Zuhdi, Setiap Perbuatan Makhluk Menunjuk Af'al Allah SWT

“Hal kedua, tubuh kita, dzat kita, tidak memberi bekas, bahkan tenaga kita pun tidak bisa memberi bekas. Itulah hakikat diri, baru dan tidak bisa memberi bekas. Kalau ini bukan pekerjaan kita (sesuatu yang semulanya tiada menjadi ada), berarti ini semua adalah pekerjaan 'orang'. Orang yang membuat ini (yang mengadakan sesuatu yang semulanya tidak ada menjadi ada) bersifat Jaiz (harus) berbuatnya tergantung dengan kehendaknya, tidak bergantung dengan apa-apa dan tidak bergantung dengan siapa-siapa,” sambung Guru Zuhdi.

Guru Zuhdi menerangkan lebih rinci, bahwa apabila Allah SWT ingin membuat sesuatu, pasti jadi. Jika Allah tidak ingin membuat, sekuat apapun usaha dan rencana makhluk, pasti tidak akan terjadi. Itu artinya bahwa Allah itu bersifat jaiz (harus). Karena kehendak Allah itu bebas dari ketergantungan.

Kemudian, sambung Guru, semua yang diciptakan oleh Allah itu pasti mengandung hikmah dan mustahil mengambil faedah (manfaat), ini sudah pernah dibahas pada malam-malam sebelumnya. Artinya Allah SWT menciptakan nur Rasulullah itu pasti mengandung hikmah dan mustahil mengambil faedah, artinya Allah mustahil bergantung dengan nur Rasulullah, bahkan tanpa nur Rasulullah Allah akan tetap kuasa menciptakan sesuatu apapun. Tetapi Allah telah mengambil sebuah jalan yang mengharuskan menggunakan sebab yang nantinya akan melahirkan akibat.

“Allah yang berbuat menggunakan sebab itu tadi, lalu dinamakanlah pekerjaan Allah itu memiliki hikmah, artinya Allah membuat nur Rasulullah itu hikmahnya karena Allah ingin membuat alam semesta beserta isi-isinya. Tetapi keyakinan kita harus tetap mantap bahwa Allah itu akan tetap kuasa menciptakan alam semesta tanpa nur Rasulullah,” terangnya .

Jadi, kesimpulan bahwa sifat Allah itu ada 20 kemudian pekerjaannya ada 2 ditambah dengan mengenal diri ada 3, maka totalnya menjadi 25 lalu ditambah dengan sifat mustahil dari masing-masing sifat, maka totalnya menjadi 50.

“Semua pembahasan itu terkandung didalam kalimat “laa ilahaa illalah” artinya tidak ada yang pantas menjadi Tuhan selain Allah. Maknanya itu “laa ma’buda bi haqqin illalah” (tiada sesembahan yang Haq kecuali Allah). Maka barang siapa di akhir dari hidupnya mampu mengucapkan kalimat “laailahaillallah” atau ia paham akan isi dari kandungan “laaillahaillallah”, maka itu adalah alamat orang yang dosanya telah di ampuni oleh Allah,” pungkas Guru Zuhdi.

Baca Juga: Kajian Ramadan Bersama Guru Zuhdi: Memahami Pertolongan Allah

Baca Juga: Kajian Ramadan Bersama Guru Zuhdi: Dzat Allah SWT Bersifat Qiyamuhu Taala Binafsihi

Reporter: Ahya Firmansyah
Editor: Muhammad Bulkini

Komentar
Banner
Banner