Tak Berkategori

Suka Duka Hartati, 16 Tahun Jual Kembang di Makam Datu Nuraya Desa Tatakan Tapin

“Kembangnya kah? kembangnya nah? 5.000 se kantong gasan (untuk,red) ziarah.” Demikian, ucapan yang sering didengar penjual…

Featured-Image
Penjual kembang memanfaatkan momen libur jelang Ramadan, mengais rejeki dari kedatangan peziarah di komplek makam Datu Nuraya, Desa Tatakan, Tapin, dengan menjual kembang. Foto-apahabar.com/Ahya Firmansyah

“Kembangnya kah? kembangnya nah? 5.000 se kantong gasan (untuk,red) ziarah.” Demikian, ucapan yang sering didengar penjual menawarkan kembangnya kepada peziarah di area makam dianggap keramat.

Ahya Firmansyah, Tapin

Di Kalimantan Selatan, tak sedikit jumlah makam yang sering dikunjungi peziarah. Hampir di 13 kabupaten/kota ada saja ditemui makam Aulia Allah.

Salah satunya di komplek makam Aulia Allah Datu Nuraya, Desa Tatakan, Kabupaten Tapin.

Kali ini bakabar.com bersama rombongan Grup Mahabbah Banjarmasin berkesempatan untuk ikut rombongan.

Bertolak ke dari Banjarmasin, Minggu (29/04/2019) pagi, sedikitnya ada 18 orang dengan sembilan unit motor bergerak ke arah hulu sungai.

Sebelum bergerak ke sana, rombongan terlebih dulu ke makam Habib Hamid bin Abbas Bahasyim atau Habib Basirih, Banjarmasin.

Selanjutnya rombongan ke makam Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, Sekumpul, Martapura. Kemudian lanjut ke makam Syekh Muhammad Arsyad al Banjari, Astambul.

Sekitar pukul 11.00 Wita, rombongan telah berada di makam Datu Nuraya, Desa Tatakan, Kabupaten Tapin.

Pada kesempatan ini, bakabar.com sempat berbincang dengan penjual kembang. Namanya, Hartati. Ia mengaku sudah 16 tahun menjual kembang di sini.

Banyak cerita yang diungkapkan Hartati. Baik suka mau pun duka sebagai penjual kembang.

Mulai dari tak laku sama sekali karena makam sepi peziarah, hingga kisahnya mampu menyekolahkan anak dari hasil berjualan kembang.

“Kalau tak laku itu biasanya kembangnya dibagi-bagikan percuma. Seperti itu saja karena takut layu. Jadi harus mengocek modal lagi buat besok, kalau dapat jadwal berjualan lagi,” ceritanya.

Jadwal jualan memang di atur. Supaya semua warga di sekitar makam dapat merasakan berkah dari datangnya peziarah ke makam Datu Nuraya.

Jelang Ramadan, seperti ini memang banyak yang datang berziarah. Tentu saja memberikan keuntungan lebih dari puluhan penjual kembang di sana.

Selama berjualan di sana, Hartati mengaku bisa bertahan hidup. Bahkan, jika dapat lebih, uangnya ditabung hingga mampu menyekolahkan anak-anaknya.

“Kalau suami bekerja juga di kantoran. Tapi kantornya alam terbuka, menurih getah pohon karet,” selorohnya sambil mengatakan usaha suami belum cukup untuk kebutuhan sehari-hari di rumah.

Baca Juga: Pejuang Demokrasi Berguguran Lagi, Rizaldi Anggota KPPS Banjarbaru

Baca Juga: Hujan Lebat, Desa Hangui di Tapin Ikut Terendam

Berbeda dengan penjual lainnya Jumianti. Ia baru empat tahun ini berjualan di sana.

Jumianti berjualan kembang di bungkus dengan kantong plastik kecil. Dijual Rp.5.000 se kantongnya. Ia berjualan bersama lima orang pedagang kembang lainnya.

“Kami berjualan tidak setiap hari, ada jeda dua hari sekali baru berjualan. Kami ada dua kelompok. Satu kelompoknya enam orang. Jadi berbagi waktu supaya bisa mendapat rejekinya merata sama-sama,” jelasnya.

Hartati dan Jumianti serta para wanita penjual kembang lainnya adalah warga desa setempat yang tidak jauh dari area makam Datu Nuraya.

Sehingga bisa dikatakan mata pencaharian masyarakat di sekitar makam itu hanya mengandalkan penjualan kembang.

Harapan mereka cuma satu yakni peziarah semakin ramai dan membeli kembang mereka.

Sedangkan untuk para prianya, lebih kepada berkebun dan menurih getah pohon karet.

Modal untuk sekali berjualan kembang Rp 10.000. Dengan segiut, dapat 200 kembang.

Selanjutnya kembangnya dibagi-bagi ke dalam kantong plastik. Biasanya modal tersebut dapat tujuh kantong plastik kembang.

Jika laku semua Rp 35.000. Jadi ada untung Rp 25.000. Biasanya, untuk libur, modalnya lebih besar karena ramai peziarah. Hasil inilah yang mereka dapat untuk kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya rombongan Grup Mahabbah Banjarmasin meninggalkan makam Datu Nuraya bergerak ke makam wali Allah lainnya, Datu Suban dan Datu Sanggul serta Datu Taniran, Kandangan.

Baca Juga: Siapapun Pemenangnya, Masyarakat Kalsel Jangan Terprovokasi

Baca Juga: Jelang Malam, Banjir Dadakan Terjang Desa Lingsir Paringin Selatan

Editor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner