Tak Berkategori

Caleg Ramai Kunjungi Makam Surgi Mufti di Banjarmasin, Bahkan Ada dari Jakarta

apahabar.com, BANJARMASIN – Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 17 April 2019, makam Syekh Jamaluddin Al-Banjari atau Tuan…

Featured-Image
Suasana makam Surgi Mufti, Kelurahan Sungai Jingah, Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Foto-apahabar.com/Muhammad Robby

bakabar.com, BANJARMASIN – Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 17 April 2019, makam Syekh Jamaluddin Al-Banjari atau Tuan Guru Surgi Mufti ramai diziarahi oleh Calon Legislatif (Caleg). Bukan hanya caleg dari Banjarmasin, namun juga terdapat caleg dari Ibu Kota Jakarta.

“Caleg yang datang ada yang Banjarmasin dan dari Jakarta. Terkadang bersama keluarga atau rombongan,” ucap sang cucu almarhum Tuan Guru Surgi Mufti, Armijiah Binti H Arsyap Jamaluddin, kepada bakabar.com, Jumat (12/4/2019).

Caleg tersebut, kata dia, rata-rata meminta doa melalui perantara beliau agar terpilih sebagai wakil rakyat di Pemilu 2019 mendatang. Mengingat, Syekh Jamaluddin Al-Banjari atau Tuan Guru Surgi Mufti merupakan Wali Allah.

Maka, setiap doa yang disampaikan akan diijabah oleh Allah SWT.

“InsyaAllah akan dikabulkan oleh Allah SWT,” kata dia.

Sebagai keturunan, sambung dia, tak merasa keberatan akan kedatangan Caleg tersebut. Terlebih semua tergantung dari niat yang bersangkutan. Namun, tetap berserah diri kepada Allah SWT.

“Artinya, tak semua yang buruk itu buruk. Semua kita kembalikan kepada Allah. Tidak ada daya dan upaya selain bantuan Allah,” tegasnya.

Terkait kunjungan secara keseluruhan dalam beberapa bulan kebelakang, ia mengakui terjadinya pasang surut.

Sebagaimana Allah memberikan syukur dan sabar. Meski demikian, setiap hari pasti ada kunjungan. Bahkan, tak sedikit rombongan ziarah yang menggunakan bus. Misalnya, dari Jakarta, Bogor dan Sumatera.

Bahkan, peziarah dari Banjarmasin juga dihadiri oleh para habib. Seperti halnya Habib Fatur yang melakukan ziarah kubro setiap 27 Rajab dan Habib Fikri bersama keluarga.

“Sebulan lalu, Gubernur Kalsel juga hadir kesini untuk mengesahkan pemasangan tiang pertama pembangunan masjid terapung,” tutupnya.

Baca Juga: Harapan Abdul Hamid, Si Tukang Ledeng yang Maju Sebagai Caleg

Sekadar diketahui, Syekh Jamaluddin Al-Banjari atau Tuan Guru Surgi Mufti dilahirkan di Desa Dalam Pagar, Astambul, Martapura pada tahun 1817. Putera pasangan dari Haji Abdul Hamid Kosasih dan Hj Zaleha.

Syekh Jamaludin memiliki empat orang anak yakni, anak pertama Hj Mariam, anak kedua H Arsyap, ketiga H Taher dan keempat H Berlian.

Beliau adalah keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau dikenal Datuk Kalampayan. Sejak remaja, dia sudah menimba ilmu di tanah suci Makkah Al-Mukarromah.

Beliau termasuk jaringan ulama Haramain (tanah haram). Baru sekitar tahun 1894, beliau kembali ke Banjarmasin di masa-masa konfrontasi dengan Belanda.

Semasa hidupnya, Syekh Jamaludin dikenal sebagai ulama dan pendakwah. Kedudukan ilmunya sudah mencapai titik tertinggi dengan berbagai karomah yang dimiliki.

Dalam sebuah ceramah di hadapan murid-muridnya, Surgi Mufti mengatakan bahwa di setiap ada air pasti ada ikan. Ternyata pernyataan ini terdengar petinggi Belanda dan memanggilnya untuk melakukan tes kebenaran ucapannya.

Meragukan ucapan Syeikh Jamaluddin, akhirnya satu biji kelapa muda dibawa kehadapan Surgi Mufti. Kelapa muda ini pun di belah, seketika airnya muncrat dan saat bersamaan seekor ikan sepat menggelepar keluar dari buah kelapa tadi.

Sejak kejadian itu, petinggi Belanda semakin menaruh hormat kepada Syekh Jamaluddin. Sebab tidak hanya ahli ibadah dan kuat dalam agama, tetapi juga piawai dalam perkara dunia. Sebagai bentuk penghargaannya, pihak Belanda saat itu menjuluki Syekh Jamaluddin Al-Banjari sebagai Surgi Mufti.

Di bidang sosial kemasyarakatan, Surgi Mufti juga berandil dalam membuka jalur jalan dari Desa Dalam Pagar menuju Desa Kelampayan.

"Bahkan dialah yang membuat atang (cungkup) makam datuknya, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Tepat tanggal 8 Muharram 1348 Hijriyah, Surgi Mufti meninggal dunia pada hari Sabtu, pukul 15.00 WITA menjelang Sholat Ashar di Sungai Jingah. Surgi Mufti dimakamkan di kubah yang dibangunnya, jauh sebelum meninggal dunia. Kubah ini dulunya dijadikannya sebagai tempat menerima murid-muridnya.

Baca Juga: Aditya Mufti Ariffin : Buktikan Caleg Muda Mampu Bersaing

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner