bakabar.com, JAKARTA- Video penembakan di Masjid New Zealand dinilai Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengandung konten yang tidak layak disaksikan. Karena itu dia meminta warga Indonesia untuk tidak ikut menyebarkannya.
“Kami mengimbau agar masyarakat tidak ikut menyebarkan video atau tautan terhadap konten kekerasan yang brutal tersebut. Kominfo akan terus memantau dan mengupayakan dengan maksimal penapisannya,” kata Rudiantara dilansir dari detikHealth yang mengutip dari Twitter resminya, @rudiantara_id, Jumat (15/3/2019).
Sikap Menkominfo tersebut senada dengan pengamatan psikolog anak dan remaja Ratih Zulhaqqi saat mengomentari video sadis pengeroyokan supporter beberapa waktu lalu. Menurutnya, video tersebut berdampak buruk bagi penonton.
“Pasti ada sisi traumanya terutama jika yang melihat anak-anak. Jika sampai melihat harus ada penjelasan dari orang tua, yang juga berfungsi sebagai filter bagi anak-anaknya,” ujar Ratih.
Baca Juga:Tidak Menyesal, Ini Alasan Brenton Tarrant Tembaki Jamaah di Masjid Selandia Baru
Ratih menjelaskan dampak psikis usai nonton video-video seperti itu, yakni berimajinasi liar, cemas, atau justru tidak merasa takut. Dampak lainnya adalah muncul kalimat umpatan usai melihat video.
Karena itu menurutnya, jika menerima broadcast mesti mempertimbangkan terlebih dulu konten video. Silakan dibagikan jika layak untuk dibagikan.
Ratih mengatakan, menjadi pengguna media sosial yang bijak merupakan keharusan bagi setiap lapisan masyarakat.
Sementara itu, psikiater dari RS Omni Alam Sutera dr Andri, SpKJ juga pernah mengingatkan dampak konten sadis bisa memicu kecemasan.
“Niat kita mungkin memberitahu bahwa ada kejadian ini di medsos atau whatsapp. Tapi kita tidak tahu apakah di antara teman-teman dan keluarga yang ada di medsos kita ada yang memiliki gangguan kecemasan. Nah, penyakitnya bisa kambuh dengan melihat foto-foto seperti itu,” kata dr Andri saat media sosial dihebohkan foto-foto korban bom Kampung Melayu pada 2017 lalu.
Editor: Muhammad Bulkini