bakabar.com, BANJARMASIN – Berbalut seragam loreng hijau khas TNI AD, prajurit berhijab ini tampak berkharisma dan cantik. Ia adalah Serka Erma Apriyanti, anggota Korem 101/Antasari.
Kesan garang dan keras sebagai tentara tak nampak sedikit pun. Sebaliknya, lembut dan bersahaja yang terpancar dari sikap prajurit kelahiran Barabai, Kalimantan Selatan (Kalsel).
"Begini keseharian saya, berseragam loreng khas TNI saat jam dinas," ujar Erma nama yang menempel di dada kanannya sekaligus panggilan akrab Serka Erma Apriyanti, saat berbincang dengan reporter Apahabar.com di sela-sela acara ramah tamah Danrem 101/Antasari dengan Insan Pers Kalsel di Aula Korem 101/Antasari.
Pakaian warna loreng hijau dipadu dengan kerudung warna hitam, semakin mengesankan kelincahan dan kecerdasan serta tangguh. Tentu, karena tanpa kriteria seperti itu tak mungkin ia lolos dan terpilih menjadi prajurit di TNI AD.
Erma mengaku berhijab juga sejak SMA, dan merasakan kenyamanan serta ketentraman saat mengenakan pakaian wajib bagi setiap muslimah itu. Rasa panas dan ribet seperti anggapan orang tidak pernah dirasakannya.
"Kata orang kalau pakai jilbab itu ribet, panas dan sulit bergerak, tapi saya tidak merasakan seperti itu, karena tergantung niatnya. Ketika ikhlas melaksanakan," ujar Erma.
Erma menuturkan, perjalanannya hingga terpilih menjadi prajurit di TNI AD. Sebelumnya, dia merupakan siswi di SMA Negeri 1 Barabai angkatan 2005. Berbekal segudang prestasi akademik, termasuk anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) tingkat nasional, Erma dengan mudah melenggang masuk ke Sekolah Calon Bintara (Secaba). Tugas pertamanya di Kodam VI Tanjungpura Balikpapan.
Baca Juga:10 Foto Cantik di "Banua Barsholawat"
Saat lulus seleksi, kata dia, rasanya campur aduk. Senang, sedih, bangga, terbebani, dan sebagainya. Bangga karena impian sejak kecilnya akhirnya berhasil diwujudkan sendiri. Sedih karena akan jauh dari orang tua dan keluarga tercinta. Sekaligus merasa memikul beban berat karena tugas seorang prajurit bukan sekedar simbol.
Niatan menjadi seorang prajurit sudah ada di diri Erma remaja. Umur yang terus bertambah membawa Erma pada satu titik, yang membuat berpikir bahwa bisa mengayomi orang lain adalah pekerjaan mulia. Tekad menjadi prajurit semakin besar.
"Saat itu saya melihat sosok tentara itu gagah. Dan saya merasa bangga saat menggunakan seragam kebesaran TNI," tuturnya.
Tantangan berikutnya adalah harus selalu memprioritaskan kepentingan negara di atas kehidupan pribadi.
“Tapi mau bagaimanapun kondisinya, harus tetap mementingkan kepentingan negara,” kata perempuan asli Banua itu.
Ya, perjuangan Erma tak bisa dipandang sebelah mata. Kisahnya bisa menjadi inspirasi bagi remaja semua, bahwa perempuan harus kuat dan tangguh, baik secara fisik maupun psikis.
"Ketika saya lepas dinas, saya sama dengan wanita lain. Melayani suami dan merawat anak. Mulai dari antar jemput sekolah hingga hal lainnya layaknya seorang ibu tanpa meninggalkan tugas sebagai prajurit TNI," tandas sembari tersenyum.
Baca Juga:Kisah 'Driver Cantik' asal Banjarmasin, Godaan Pria Hidung Belang hingga Preman
Reporter: Eddy Andriyanto
Editor: Aprianoor