bakabar.com, BANJARMASIN - Dalam kunjungannya yang kedua ke kediaman KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul pada 1999, KH Abdurrahman Wahid atau Gusdur terlibat perbincangan pribadi dengan ulama karismatik Banjar tersebut.
Jauh sebelum kedatangan Gusdur, Abah Guru Sekumpul sudah memberitahu kedatangan Gusdur dalam majelis beliau di Musholla Ar Raudhah, Sekumpul, Martapura, Kalimantan Selatan. Namun, beliau tidak menyebutkan kapan tepatnya kedatangan Mantan Ketua PBNU itu.
Tak lama setelah itu, terdengar kabar Gusdur akan bertamu ke Sekumpul dan berziarah ke Makam Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari pada Jumat 26 Mei 1999.
Pada kunjungan yang kedua, Gusdur sudah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Gusdur mengaku kedatangan itu hanya berharap berkah dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dan Abah Guru Sekumpul.
Baca Juga:Guru Wildan Ungkap Jasa Syekh Nawawi Al Bantani dalam Keilmuan di Tanah Banjar
Sedangkan acara-acara lain yang dihadirinya kemudian, hanyalah tempelan orang-orang yang berkepentingan dengan kedatangan beliau.
Sesampainya di kediaman Abah Guru Sekumpul, Gusdur diajak masuk ke kamar pribadi ulama karismatik Tanah Banjar itu. Di dalam kamar, keduanya akrab membicarakan banyak hal. Abah Guru Sekumpul terlihat santai merokok, sementara Gusdur sesekali meminum air putih.
Kedua ulama humoris itu tak jarang saling lempar guyon. Sehingga suara tawa Gusdur kerap terdengar pecah dari luar kamar.
Di sela perbincangan hangat antara keduanya, tak jarang pula keduanya membicarakan masalah agama dan umat. Bila sangat rahasia, keduanya membicarakannya dengan memakai bahasa Arab dan mengutip ayat Qur'an dan hadits.
Satu yang dikeluhkan Gusdur pada Abah Guru Sekumpul dimuat Ahmad Rosyadi dalam bukunya "Bertamu ke Sekumpul". Keluhan itu juga didengar orang-orang yang mendampinginya ketika di kamar tersebut.
Gusdur menuturkan, "Kita banyak kehilangan alim ulama. Padahal penggantinya tidak ada, dan kalaupun ada kualitasnya tidak sama. Bahkan di Jawa, banyak orang yang bergelar kiai dan mengaku ulama, padahal tidak alim."
Hal yang serupa sebetulnya kerap disampaikan Abah Guru Sekumpul dalam majelis beliau. Seperti, "Hati-hati dengan penceramah-penceramah (yang sebenarnya belum alim, red)." "Belum waktunya keluar, sudah (keluar, red)." "Baluman (belum) alim, sudah befatwa (berfatwa)."
Baca Juga:Habib Tuna Netra Asal Yaman, Ungkap Keistimewaan Haul Abah Guru Sekumpul
Editor: Muhammad Bulkini