bakabar.com, JAKARTA – Pakar tsunami dari Amerika Serikat (AS) bicara soal dugaan penyebab tsunami di Selat Sunda yang menerjang wilayah Banten hingga Lampung. Peristiwa di Selat Sunda itu disebut langka hingga menyebabkan peringatan dini tsunami menjadi tak berguna.
“Ini bukan tsunami biasa. Ini adalah tsunami vulkanik. Itu tidak naik ke tingkat yang memicu peringatan. Jadi dari sudut pandang itu, pusat peringatan tsunami pada dasarnya tidak berguna,” kata Director of the University of Southern California’s Tsunami Research Center, Costas Synolakis, seperti dilansir dari nbcnews, Senin (24/12/2018).
Baca Juga:Lagu "Kemarin" Menggambarkan Situasi Seventeen Sekarang
Karena kedekatan Anak Krakatau ke pantai, Synolakis menduga tsunami pada Sabtu lalu kemungkinan melanda 20 hingga 30 menit setelah aktivitas vulkanik. Dia mengatakan ini bukan pertama kalinya Anak Krakatau menyebabkan kerusakan di Indonesia.
Menurut Synolakis, pada tahun 1883, gunung berapi itu menghancurkan wilayah yang sama dengan saat ini selama masa aktivitas gunung berapi. “Itu tidak diharapkan, tetapi tidak terduga untuk terjadi letusan yang dapat menciptakan longsoran dengan cara yang sama yang dipicu 175 tahun yang lalu,” tuturnya.
Pakar lainnya, Profesor Emeritus Ilmu Bumi di Northwestern University Emile Okal menduga tanah longsor di bawah air lah yang membuat gelombang.
“Gunung berapi adalah sesuatu yang hidup. Ini adalah sesuatu yang secara geologis tidak dalam kondisi stabil kapan pun. Akhirnya akan terjadi tanah longsor, dan jika berada di bawah air, akan menggusur air dan membuat gelombang,” ucap pria yang telah mempelajari tsunami selama 35 tahun ini.
Okal mengatakan untuk mendeteksi tsunami dengan benar, Indonesia perlu menghabiskan sekitar satu miliar dolar AS untuk teknologi dan tenaga sepanjang waktu di sepanjang pesisirnya. Bahkan pada saat itu bukan jaminan bahwa peringatan akan datang pada waktunya.
Namun, dia tak cuma menyoroti soal penyebab tsunami itu. Okal menilai tsunami yang diduga disebabkan oleh gunung berapi ini bukan satu-satunya alasan tsunami menimbulkan banyak korban, namun ada pengaruh dari air pasang.
“Sangat buruk bahwa ini terjadi pada malam hari, tampaknya menambah jumlah korban cedera. Ini terjadi saat air pasang. Semuanya sama, bahayanya akan meningkat,” tutur Okal.
Okal pun mengatakan menggelar konser musik di dekat pantai di sekitar gunung berapi yang sedang meletus bukanlah ide yang baik. Menurutnya, konser itu membuat korban semakin banyak karena ada konsentrasi massa yang cukup banyak. Sebagaimana diketahui di malam kejadian tengah dilangsungkan konser band Seventeen di Tanjung Lesung.
“Bukan ide yang baik untuk mengadakan konser rock di pantai di sekitar gunung berapi yang meletus. Itu adalah komentar yang mudah dibuat setelah fakta tetapi adalah sesuatu yang keluar dari akal sehat,” kata Okal.
Baca Juga:Tsunami Selat Sunda, Masyarakat Dilarang Mendekat Krakatu Radius 2 Km
Sumber : detiknews
Editor : Syarif