Tak Berkategori

Kewafatan NH Dini Ramai Diberitakan, Kenapa Dia Begitu Dikenal?

apahabar.com, BANJARMASIN – Kewafatan NH Dini akhir-akhir ini ramai diberitakan. Kenapa sastrawati itu begitu dikenal. Nurhayati…

Featured-Image
NH Dini. Foto-semarangcoret.com

bakabar.com, BANJARMASIN - Kewafatan NH Dini akhir-akhir ini ramai diberitakan. Kenapa sastrawati itu begitu dikenal.

Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau NH Dini dikenal sebagai sastrawati kenamaan Indonesia. Namanya melambung berkat karya-karyanya yang mendunia. Sebut saja Novel terkenal Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) , Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai(1998), Dari Parangakik ke Kamboja (2003) adalah buah dari karya tulisnya yang sebagian diterjemahkan ke bahasa asing.

Peraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand ini menulis lebih dari 20 buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita. Karya NH Dini adalah karya yang dikagumi. Buku-bukunya banyak dibaca kalangan cendekiawan dan jadi bahan pembicaraan sebagai karya sastra.

Dini dipersunting Yves Coffin, Konsul Prancis di Kobe, Jepang, pada 1960. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang (lahir pada 1961) dan Pierre Louis Padang (lahir pada 1967).

Dini berpisah dengan suaminya, Yves Coffin pada 1984, dan mendapatkan kembali kewarganegaraan RI pada 1985 melalui Pengadilan Negeri Jakarta. Dari peceraian itu, dia hanya memperoleh 10.000 dollar AS yang kemudian digunakannya untuk membuat pondok baca anak-anak di Sekayu, Semarang.

Mengisi kesendiriannya, ia bergiat menulis cerita pendek yang dimuat berbagai penerbitan. Di samping itu, ia pun aktif memelihara tanaman dan mengurus pondok bacanya di Sekayu. Sebagai pencinta lingkungan, Dini telah membuat tulisan bersambung di surat kabar Sinar Harapan yang sudah dicabut SIUPP-nya, dengan tema transmigrasi.

Menjadi pengarang selama hampir 60 tahun tidaklah mudah. Dia menerima royalti honorarium yang cukup hanya di masa tuanya. Tahun-tahun sebelumnya ia mengaku masih menjadi parasit. Ia banyak dibantu oleh teman-temannya untuk menutupi biaya makan dan pengobatan.

Tak lama kemudian NH Dini yang semula menetap di Semarang, kini tinggal di kompleks Graha Wredha Mulya Sleman, Yogyakarta. Kanjeng Ratu Hemas, istri Sultan Hamengku Buwono X yang mendengar kepindahannya, menyarankan Dini membawa serta perpustakaannya. Padahal empat ribu buku dari tujuh ribu buku perpustakaannya, sudah ia hibahkan ke Rotary Club Semarang.

D Yogya, NH Dini tetap menekuni kegiatan yang sama ia tekuni di Semarang, membuka taman bacaan. Kepeduliannya, mengundang anak-anak di lingkungan untuk menyukai bacaan beragam bertema tanah air, dunia luar, dan fiksi. Ia ingin anak-anak di lingkungannya membaca sebanyak-banyaknya buku-buku dongeng, cerita rakyat, tokoh nasional, geografi atau lingkungan Indonesia, cerita rekaan dan petualangan, cerita tentang tokoh internasional, serta pengetahuan umum.

Semua buku ia seleksi dengan hati-hati. Jadi, Pondok Baca Nh Dini yang lahir di Pondok Sekayu, Semarang pada 1986 itu, sekarang diteruskan di aula Graha Wredha Mulya. Ia senantiasa berpesan agar anak-anak muda sekarang banyak membaca dan tidak hanya keluyuran. Ia juga sangat senang kalau ada pemuda yang mau jadi pengarang, tidak hanya jadi dokter atau pedagang. Lebih baik lagi jika menjadi pengarang namun mempunyai pekerjaan lain.

Sebelum wafat, NH Dini tinggal di Panti Wredha Langen Wedharsih, Ungaran.

Sumber: Wikipedia
Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner