Akhir 2018 menandai kehadiran portal media bakabar.com. Sejumlah pemberitaan dari lokal untuk nasional tersaji sepanjang kehadiran bakabar.com di akhir tahun anjing tanah ini.
bakabar.com, BANJARMASIN
Tahun 2018 yang akan berakhir dalam hitungan bulan diwarnai banyak insiden ‘berdarah’. Kasus kekerasan dan pembunuhan seolah rutin terjadi.
Belum hilang kasus pembunuhan Rahmadi di tepi Jalan Gubernur Syarkawi, Desa Lok Baintan, Sungai Tabuk, publik kembali digemparkan dengan temuan mayat wanita. Belakangan diketahui ia adalah Levie. Istri pebisnis minyak asal Banjarmasin.
Baca: Aryadi Menangis, Usai Lihat Jasad Levie
Jasadnya ditemukan bersimbah darah. Tepatnya di Jalan Achmad Yani Km 11, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Jumat (23/11) pagi. Luka sayatan di bagian leher ikut ditemukan. Levie tewas dengan sejumlah tusukan dalam tunggangan miliknya, Suzuki Swift DA 1879 TN yang berhenti di tepi jalan.
Belakangan diketahui Levie merupakan korban dari ritual klenik: pesugihan dan pengasihan. Ritual dilakukan sehari sebelum ia ditemukan tewas. Terduga pelaku dan motifnya sudah terungkap. Herman. Pembunuh Levie yang naik pitam lantaran HP korban berbunyi di tengah ritual berlangsung. Kasusnya tengah diupayakan polisi untuk disidangkan. Pelimpahan berkas dari polisi ke tangan jaksa tak kunjung dilakukan.
Dua hari sebelum pembunuhan Levie, warga Sungai Tabuk dihebohkan oleh penemuan mayat tanpa kepala. Belakangan korban diketahui adalah Rahmadi. Kapolda Kalimantan Selatan Irjen Yazid Fanani menduga kuat mayat tanpa kepala itu korban pembunuhan berencana.
Rahmadi rupanya dihabisi M Syafrudin. Kawannya sendiri. Motif pembunuhan sadis lantaran dendam kesumat. Lebih tepatnya di-bully. Pelaku diketahui warga Desa Sari Berangas Kecamatan Bataguh Kabupaten Kapuas. Korban warga Desa Tatah Layap, Kecamatan Tatah Makmur. Jarak tinggal keduanya terpaut belasan kilometer.
Empat hari berselang, warga Jalan Ahmad Yani Km 5,5 Komplek R. Soeprapto Kelurahan Pemurus Dalam Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin yang harus geger setelah penemuan mayat waria Senin (26/11) pagi.
Diduga dibunuh, mayat Riesa Pebria Rusady membusuk di salon miliknya sendiri. Hingga kini motif pembunuhan sadis itu masih gelap. Pembunuh waria itu masih berkeliaran bebas.
Baca: Pembunuh Febri, Waria yang Tewas di Salon Banjarmasin Selatan Masih Berkeliaran
Kabid Dokkes Polda Kalsel, AKBP Erwinn Zainul Hakim menemukan ada beberapa luka lebam seperti benturan benda tumpul di bagian kepala.
"Sejumlah luka lebam itu diketahui setelah dilakukan autopsi. Saat visum memang tidak terlihat, karena kondisi mayat sudah terjadi pembusukan," kata Erwinn kepada bakabar.com.
Yang teranyar, adalah kasus Jawiyah (70). Ia warga Gang Damai RT 002 Kelurahan Kapar Kecamatan Murung Pudak Tabalong. Mengembuskan napas terakhirnya, Sabtu (22/12) dini hari.
Tak kalah bikin mengernyitkan dahi manakala satu dari dua terduga pelaku merupakan kemenakan korban. Ia tewas setelah menjadi korban percobaan pencurian oleh Arul (29) dan Rahmat Rizaldi, (19).
Baca:Lansia Tabalong Tewas di Tangan Pencuri, Satu Terduga Pelaku Ponakan Korban
Keempat pembunuhan tadi menjadi kasus yang paling menonjol dalam catatan media ini. Di luar itu, patut disorot pula kasus bunuh diri. Sedikitnya dua kasus bunuh diri dalam catatan media ini. Dua kasus tadi masuk postingan terpopuler dalam portal media bakabar.com.
Baca: Pamit BAB, Mahasiswi Akper Tewas di Indekos Banjarmasin Barat
Aipda Erwin Mediayanto anggota Polresta Banjarmasin ditemukan gantung diri di kediamannya oleh tetangga sekitar dan keluarga, Jumat 23 November 2018. Polda Kalsel memastikan, korban gantung diri di Jalan Semangat Dalam, Handil Bakti, Kabupaten Batola itu merupakan anggota polisi.
Ia ditemukan tak bernyawa sehari sesudah pembunuhan Levie. Polisi telah membantah keras adanya keterkaitan pada kedua kasus tersebut. MR (25), pelaku penyebar kabar bohong alias hoaks dibekuk Unit Cyber Ditreskrimsus Polda Kalsel sehari kemudian.
Pemilik akun IG with_rifky itu mengaitkan kematian Levie di tepi Jalan Ahmad Yani, Gambut, dengan bunuh diri Aipda Erwin, di Batola harus dipidanakan karena ulahnya di dunia maya.
Baca: Dibekuk Tim Siber, Polisi Dalami Motif Pelaku Mengaitkan Kematian Levie
Demikian dengan kasus Agnez, motif bunuh diri Aipda Erwin juga masih gelap.
Selanjutnya, dugaan bunuh diri Elsya Triyuliani, 18 tahun. Sosok remaja yang baik dan peduli di mata para sahabatnya menjadi yang kedua. Mahasiswi asal Muara Teweh itu ditemukan tak bernyawa di indekos miliknya, Jalan Cempaka Raya, Gang Simpang Kenangan Nomor 46/44, Kelurahan Telaga Biru, Kamis 13 Desember. Para sahabat di Akademi Perawat Banjarmasin mengaku sangat kehilangan sosok remaja itu.
Belakangan, polisi menduga ia mengalami mati lemas. Itu dilihat dari tanda-tanda di tubuh korban. Pihak keluarga menolak autopsi, membuat motif bunuh diri Elsya juga masih gelap sampai kini.
"Seandainya korban diautopsi, akan lebih terang lagi penyebab kenapa korban tewas. Karena begini mas, hasil visum luar tak bisa dijadikan acuan mencari sebab kematian seseorang," ujar AKBP dr Erwin Zainul Hakim Kabid Dokkes Polda Kalsel kepada bakabar.com.
Di luar pembunuhan dan bunuh diri tadi, penganiayaan anak di bawah umur oleh sejawatnya di Banjarbaru masuk dalam pencarian terpopuler di portal media ini. Kasus ini menjadi viral di media sosial pada 5 desember 2018.
Korban dan pelakunya sama-sama perempuan. Rekan satu sekolah letaknya di salah satu SMP Landasan Ulin Kota Banjarbaru.
Dalam video tampak korban penganiayaan dikelilingi berapa orang remaja perempuan. Pengambil video kejadian penganiayaan juga terdengar histeris. Setidaknya enam pukulan dan satu tendangan lutut mendarat di wajah korban.
Korban mengenakan baju hitam. Ia tampak tak berdaya dipukul, dijambak, diseret, ditampar. Tendangan ala ‘MMA’ turut didaratkan di wajah korban oleh pelaku.
Polisi berhasil melakukan pelacakan tempat perkelahian, yakni di Perumahan Kota Citra Liang Anggang Kota Banjarbaru. Penanganan kasus ini dilakukan secara diversi mengingat korban masih di bawah umur.
Pengamat kriminalitas di Banjarmasin menilai, sudah saatnya kampanye anti kekerasan digencarkan. Angka kekerasan yang meningkat, menurut Direktur Borneo Law Firm (BLF), Muhammad Pazri, lantaran tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat akan hukum yang rendah. Minimnya nilai keagamaan di dalam diri individu yang bersangkutan menambah permasalahan.
“Lantaran masih rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya nilai keagamaan di dalam diri individu tersebut,” ucapnya kepada bakabar.com, Jumat (28/12/2018).
Berdasarkan perspektif hukum, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mesti berperan aktif dalam mengimplementasikan perda tentang perlindungan perempuan dan anak (PPA), maupun Perda tentang Bantuan Hukum.
Sebagai pengingat, kedua Perda tersebut sudah diketuk palu oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Selatan.
“Ini tinggal dioptimalkan sesuai dengan tugas dan fungsi lembaga yang melaksanakan dengan menyasar masyarakat kelas bawah,” cetusnya.
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Fariz Fadhilla