bakabar.com, BANJARMASIN - Muslim satu dengan yang lain itu laiknya cermin. Jika seseorang melihat keburukan di diri saudaranya, maka itu bukti keburukan itu ada pada dirinya.
Diterangkan KH Ahmad Zuhdiannoor, umat Islam hendaknya fokus pada aib pribadi, sehingga tidak punya waktu untuk membicarakan aib orang lain.
"Jangan sampai terseret hati kita untuk membicarakan aib orang lain," kata Guru Zuhdi dalam tausiahnya di Mushalla Darul Iman, Komplek Pondok Indah, Teluk Dalam, Banjarmasin, Rabu (19/12) malam.
Menurut Guru, melihat keburukan orang lain adalah bukti bahwa keburukan itu ada pada orang yang melihat. Semisal, melihat aib seorang pelacur, maka orang tersebut pun memiliki keburukan serupa.
"Jika ada yang berdalih: aku tidak pernah melacur, kenapa aku melihat aib pelacur. (Ketahuilah, red) kamu setiap hari melacurkan hatimu ke lain dari Allah, apa habar?" tegas Guru.
Baca Juga:Tuan Guru Husin Ali, Istiharah Membeli Paku
Azan di masjid, sambung Guru, karena diberi uang (bukan karena Allah, red). Jika demikian, apa bedanya dengan melacur. Bukankah sama-sama karena uang.
Hal yang demikian pun berlaku dengan prilaku jahat yang datang pada diri. Kejahatan itu datang karena diundang oleh kejahatan akhlak pribadi.
"Jangan kau berharap orang jahat jauh darimu. Tapi pikirkanlah, usahakanlah, membuang akhlak jahat di dirimu, niscaya tidak ada orang jahat dekat denganmu," jelas Guru.
Itulah sebabnya, kata Guru, orang shaleh dahulu apabila melihat keburukan orang lain, mereka langsung beristigfar, meminta ampun atas segala kesalahannya. Karena merasa, itu teguran dari Tuhan untuk mereka.
Karena itu, para orang shaleh tersebut menyibukkan diri dengan diri sendiri. Mereka menyendiri dengan banyak membaca zikir, shalawat, sembari bertafakkur, menobati kesalahan yang telah diperbuat.
Editor: Muhammad Bulkini