kesehatan

Viral Cara Cek Risiko Stroke dengan Jari, Ini Kata Dokter

Belakangan video yang menampilkan cara cek risiko stroke menggunakan jari viral di media sosial.

Featured-Image
Ilustrasi. Foto-Net

bakabar.com, BANJARMASIN - Belakangan video yang menampilkan cara cek risiko stroke menggunakan jari viral di media sosial.

Berawal dari unggahan dari akun Instagram @coachcitrariza, dalam video tersebut dijelaskan bahwa Anda dapat mengecek apakah diri Anda berpotensi terkena stroke hanya dengan menggunakan tangan.

"Buka tangan, jari telunjuk ke atas jari tengah. Jari manis tekan ke ibu jari," terang video tersebut.

"Masa ini tengok jari kelingking boleh bergerak atau tidak. (Saat ini, lihat jari kelingking bisa bergerak atau tidak)," jelas video itu lagi.

Jika jari kelingking dapat bergerak bebas, disebutkan bahwa hal itu menunjukkan jika otak Anda tidak memiliki masalah sehingga tidak memiliki risiko stroke.

Hingga Senin (17/10), video itu telah ditonton oleh 2,5 juta warganet dan menuai ratusan komentar serta disukai oleh sebanyak 41.400 pengguna Instagram.

Lantas, benarkah cara itu bisa digunakan untuk mengecek risiko stroke?

Dokter spesialis saraf dari Rumah Sakit Royal dan National Hospital Surabaya Bambang Kusnardi mengatakan, cara cek risiko stroke menggunakan jari tersebut kurang tepat untuk dilakukan.

Sebab, kedua hal itu tidak saling berhubungan.

Tidak ada hubungan sama sekali," tuturnya seperti dilansir Kompas.com, Senin (17/10).

Menurutnya, cara cek apakah seseorang berpotensi terkena penyakit stroke dengan menggunakan jari tangan itu kurang tepat untuk mengetahui apakah seseorang berpotensi terkena stroke atau tidak.

"Kalau untuk mengetahui risiko stroke, ya kurang tepat," sambungnya.

Alih-alih menggunakan jari, dr Bambang mengatakan bahwa ada 2 hal yang bisa digunakan untuk memastikan apakah seseorang itu berpotensi terkena stroke atau tidak.

"Ada 2 (cara untuk mengetahui risiko stroke). Pertama tidak bisa di apa-apakan, kedua bisa dikendalikan," tandasnya.

Adapun risiko stroke yang tidak bisa dikendalikan itu di antaranya usia, jenis kelamin, dan ras.

Mereka yang memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke adalah mereka yang berusia 55 tahun lebih, ras berupa orang Afrika-Amerika, dan berjenis kelamin pria.

Sementara risiko stroke yang bisa dikendalikan yaitu sederet penyakit yang memicu terjadinya stoke, seperti hipertensi, diabetes melitus, dyslioidemi, asam urat, gaya hidup, dan sebagainya.

Editor


Komentar
Banner
Banner