apahabar, PALANGKA RAYA – Video pemakaman pasien terduga pasien corona virus disease atau Covid-19 di tempat pemakaman umun (TPU) Jalan Tjilik Riwut kilometer 12 Palangka Raya beredar di grup whatsapps, Selasa (21/7).
Suasana pemakaman pasien dengan berdurasi 47 detik itu cukup berbeda. Sebab terlihat ada penganiayaan yang dilakukan oknum anggota keluarga terhadap petugas yang mau melakukan prosesi pemakaman.
Tampak petugas yang berpakaian lengkap alat pelindung diri (APD) didorong hingga jatuh terpental. Bahkan sampai terjadi kekerasan fisik. Begitu juga ketika petugas menuju mobil ambulans, aksi pemukulan masih berlangsung.
Pihak keluarga mencak-mencak tidak terima salah satu anggota keluarganya dimakamkan dengan protokol Covid-19.
“Bukan Covid ini. Ini mah mamaku. Pian kira kami sekeluarga ni bungul, pian kira kami ni buta sosmed,” demikian percakapan yang terdengar di rekaman video tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah dr Suyuti Syamsul yang dihubungi melalui whatsapp menjawab singkat.
Penguburan dengan protokol Covid-19 dimaksudkan untuk melindungi orang banyak.
Masyarakat perlu menyadari bahwa bukan kehendak petugas kesehatan untuk menguburkan pasien dengan protokol Covid-19, tapi karena amanah undang-undang.
Sementara itu Anggota DPRD Palangka Raya Norkhalis Ridha dalam status facebooknya mengungkapkan keprihatinannya dan mengutuk aksi tersebut.
Seharusnya kalau pihak keluarga tidak terima, diselesaikan ketika di rumah sakit. Bukan ketika sudah menyetujui semua protokol, namun berbeda ketika pelaksanaan pemakaman.
Karena para petugas tersebut hanya relawan, hanya petugas lapangan yg diminta tolong untuk melaksanakan pemakaman sesuai protokol.
“Dan mereka telah mewakafkan jiwa dan raganya untuk kemanusiaan. Tidak layak diperlakukan demikian. Semua petugas dipukuli, ada yg sampai pingsan ditempat, bahkan petugas perempuan yg bertugas melakukan peliputan tidak luput dari sasaran pemukulan,” ujarnya.
Ia berharap semoga ada evaluasi terhadap protap pengawalan terhadap pemulasaran jenazah, sehingga kejadian seperti ini tidak terulang lagi.
Editor: Syarif