bakabar.com, BANJARMASIN – Pemprov Kalsel tengah diburu waktu. Vaksinasi harus dikebut. Target 70 persen mesti dicapai di akhir tahun 2021.
Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian mengancam daerah tak capai target bakal disanksi. Tambahan dana insentif daerah tahun depan tak bakal diberikan.
Meminjam data dari situs resmi Menkes RI, per 27 Desember pukul 12.00, jumlah vaksinasi dosis pertama sudah 65,34 persen.
Artinya 4,66 persen yang tersisa harus dipenuhi dalam tenggat waktu lima hari terakhir ini jika ingin menuju angka 70 persen.
Sedang untuk dosis kedua baru mencapai 38.80 persen. Atau masih kurang 31,20 persen untuk menuju 70 persen.
Saat ini pemerintah mulai keteteran mengejar target yang hanya tertinggal beberapa hari ini.
Sejumlah jurus pembungkus dilakukan guna menarik minat masyarakat. Dari razia vaksin, hingga pemberian doorprize berhadiah motor, bahkan umroh.
Menurut analisa Dr. Dewi Anggraini dari Tim Percepatan Penanganan Covid-19, Universitas Lambung Mangkurat (ULM), ada sejumlah faktor yang mempengaruhi sehingga capai vaksinasi di Banua lambat.
Diantaranya sistem pengadaan vaksinasi, birokrasi pelaksanaan, pendataan, konsistensi penjadwalan, kemudahan akses, bagi masyarakat serta kurangnya pendekatan dan edukasi skala mikro di masyarakat tentang vaksinasi.
“Mungkin itu beberapa alasannya,” ujar Dosen Program Studi Statistika, FMIPA, ULM ini, Senin (27/12).
Sedari awal, Dewi sudah menyoroti soal cara kerja vaksinasi di Banua. Awal November lalu, ia sudah menyarankan agar pemerintah mengurangi vaksinasi massal dan mengganti dengan vaksinasi skala mikro.
Dengan kata lain vaksinasi dapat dilakukan secara terjadwal, termonitor, dan konsisten.
Contoh kata Dewi, dalam satu hari setiap kabupaten atau kota di Kalsel sudah terdapat data dimana saja atau di RT mana saja yang akan dilakukan vaksinasi.
“Jika ini bisa dilakukan dari hari ke hari dari awal program vaksinasi, peluang ketercapaian 70 persen di akhir tahun 2021 lebih besar,” katanya.
Selain itu, dengan skala mikro dan dari pintu ke pintu juga masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam mengakses vaksinasi bisa dijangkau.
Kemudian bagi yang belum paham manfaat vaksinasi atau tidak mau divaksin dapat diberikan pendekatan dan edukasi sehingga mereka bisa mendapatkan informasi yang tepat terkait vaksinasi.
Menurut Dewi, itu bisa menjadi solusi agar pemberian vaksinasi kepada masyarakat di Kalsel bisa tercapai dengan baik
“Yang jelas sekarang solusinya harus menjemput bola dan vaksinasinya skala mikro. Terdata mana wilayah yang penduduknya sudah divaksin dan mana yang belum sehingga pemetaannya jelas,” pungkasnya.