bakabar.com, MARABAHAN - Seiring pendataan yang terus dilakukan, jumlah bangunan rusak akibat puting beliung di Kecamatan Jejangkit, Barito Kuala (Batola), Rabu (25/10), juga bertambah.
Tercatat tidak kurang 105 bangunan terdampak dan sebagian besar tempat tinggal. Kerusakan terparah terjadi di Desa Jejangkit Pasar.
Sedikitnya 70 rumah di Jejangkit Pasar mengalami kerusakan dari level ringan, sedang hingga parah. Adapun bagian yang rusak didominasi atap.
Kemudian 33 rumah rusak ditemukan di Desa Jejangkit Muara, 7 di antaranya rusak parah. Ditambah masing-masing 1 bangunan di Desa Jejangkit Barat dan Jejangkit Timur.
Hingga sehari pascakejadian, Kamis (26/10), 4 tiang listrik yang sempat roboh di Desa Jejangkit Pasar, juga sudah diperbaiki PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Marabahan.
Aliran listrik perlahan kembali normal. Namun demikian, sebagian warga masih belum berani menghidupkan lampu maupun peralatan elektronik lain.
"Takut terjadi korsleting, karena semua kabel basah terkena air hujan. Demikian pula perangkat elektronik lain seperti televisi," papar Masiani, salah seorang warga Jejangkit Pasar.
Rumah perempuan berusia 43 tahun itu mengalami kerusakan cukup parah. Atap yang terbuat dari seng, sudah habis diterjang angin. Hanya tersisa plafon yang menaungi rumah dari sinar matahari.
Baca Juga: Usai Diterjang Puting Beliung, Empat Desa di Jejangkit Batola Gelap Gulita
Baca Juga: Jejangkit Batola Diamuk Puting Beliung, Puluhan Rumah Rusak
Ironisnya rumah yang ditempati Masiani bersama sang suami, baru sekitar sebulan selesai diperbaiki.
"Baru sekitar sebulan kami memperbaiki lantai dan sebagian dinding yang lapuk, karena direndam banjir beberapa waktu lalu," beber Masiani.
"Setelah terkena musibah puting beliung, terpaksa rumah kami seadanya saja dulu. Mudahan nanti dapat rezeki untuk memperbaiki lagi," imbuhnya.
Musibah tersebut terjadi sekitar pukul 15.30 Wita. Angin sudah bertiup cukup kencang, sebelum hujan turun. Tak lama kemudian, angin semakin beringas bersamaan dengan hujan yang bertambah lebat.
Imbas tiang listrik yang roboh, aliran pun otomatis diputus. Seketika kondisi Jejangkit Pasar, Jejangkit Muara, Jejangkit Barat dan Jejangkit Timur gelap gulita.
Warga yang tidak memiliki genset, terpaksa mengandalkan penerangan dari lilin yang dibagikan pemerintah desa setempat.
"Rasanya ini merupakan kejadian terparah di Jejangkit dalam 30 tahun terakhir. Dulu rumah yang rusak tak terlalu banyak, karena penduduk masih sedikit," kenang Asrani, warga Jejangkit Muara.
Asrani masih cukup beruntung, karena rumah yang ditempati tidak mengalami kerusakan berat. Hanya beberapa atap asbes yang terlepas.
"Ketika pulang ke rumah, angin sudah cukup kencang. Saya kaget melihat pecahan asbes berhamburan di jalan. Saya kira atap rumah orang, ternyata atap rumah sendiri," sambungnya.