bakabar.com, JAKARTA– Setiap orang tua menginginkan tumbuh kembang terbaik agar buah hatinya bisa mencapai kesuksesan. Untuk itu, berbagai upaya diterapkan demi mencapai tujuan tersebut.
Namun, tidak sedikit dari orang tua yang mendidik anaknya dengan cara yang keras untuk memenuhi ekspektasi dan mengklaim bahwa prestasi anaknya merupakan hasil didikan tersebut. Situasi itu dikenal dengan istilah Tiger Parenting.
Seorang professor dari Universitas Yale, Amerika Serikat bernama Amy Chua memperkenalkan istilah ini melalui bukunya yang berjudul Battle Hymn of the Tiger Mother.
Walaupun secara spesifik buku tersebut membahas tentang cara mendidik dari sisi Ibu, namun istilah ini digunakan secara umum untuk seluruh orang tua yang menerapkan metode ini.
Dukungan atau Tekanan?
Secara tidak sadar, Tiger Parenting menunjukkan dukungan dan tekanan secara bersamaan dalam pengasuhan terhadap anak. Beberapa ciri-ciri nya dapat terlihat di antaranya:
- Mengharuskan anak untuk mendapatkan nilai akademik yang tinggi
- Selalu fokus akan pencapaian anak tanpa menghargai usaha anak dalam meraih hal tersebut.
- Tidak memperbolehkan sang anak bersosialisasi dengan teman- teman guna untuk lebih fokus akan hal yang diinginkan orang tua.
- Fokus kepada pencapaian tanpa mempedulikan hal yang disukai atau diminati anak.
Beberapa dari orang tua mengakui bahwa ada dampak positif dari penerapan metode parenting tersebut, agar anak lebih mandiri dan disiplin di usia nya nanti ketika sudah memasuki fase dunia kerja.
Namun metode Tiger Parenting ini juga memiliki dampak negatif terutama terkait dengan kesehatan mental sang anak, di antaranya:
1. Depresi
Anak jadi susah bersosialisasi terhadap teman- teman, kurangnya bergaul tersebut dan selalu fokus akan pencapaian yang dituntut orang tua membuat mental anak menjadi kurang sehat yang akan menimbulkan depresi.
2. Takut melakukan kesalahan
Standar tinggi yang diterapkan orang tua akan pencapaian anak, membuat anak takut jika tidak memenuhi standar mereka. Hal itu menyebabkan keraguan akan menyampaikan ide-ide anak kepada orang tua karena takut mengecewakan mereka.
3. Kurangnya kepercayaan diri
Tuntutan secara terus menerus untuk mendapatkan hasil yang diinginkan orang tua, membuat anak ragu akan kemampuan dirinya dan mempengaruhi cara pandang serta menilai bahwa dirinya berharga tergantung oleh prestasi yang ia raih. Hal tersebut dapat menurunkan kepercayaan diri sang anak.
4. Menghambat kreativitas
Pola didik yang keras akan menghambat kreatifitas dan ketrampilan anak. Kurangnya bersosialisasi, selalu focus akan keinginan orang tua serta anak tidak dapat melakukan minat dan bakat yang ia minati.
Itulah berbagai dampak dari pola asuh yang terlampau keras dari orang tua terhadap anaknya. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!