Kalsel

Tunggu Permanen, Poliban Bantu Pembangunan Jembatan Penghubung Waki dan Batu Tungal HST

apahabar.com, BARABAI – Dua bulan pascabanjir bandang di Hulu Sungai Tengah (HST), warga masih mengandalkan akses…

Featured-Image
Warga Waki gotong royong membuat jembatan sementara yang menghubungkan dua kecamatan, Rabu (10/3)./Foto-apahabar.com/Lazuardi.

bakabar.com, BARABAI – Dua bulan pascabanjir bandang di Hulu Sungai Tengah (HST), warga masih mengandalkan akses penyeberangan darurat, khususnya di dua kecamatan paling terdampak, Hantakan dan Batu Benawa.

Dari data BPBD yang dirilis Diskominfo, ada 65 jembatan rusak di HST. Di antaranya bahkan terputus akibat diterjang banjir bandang pada Rabu 13 Januari 2021 lalu.

Di Desa Baru-Waki, Batu Benawa misalnya, ada 4 jembatan yang putus akibat hantaman air bah.

Pascabanjir, warga membuat jembatan darurat dengan peralatan dan inovasi seadanya.

Jembatan itu menghubungkan Desa Waki dan Batu Tunggal Kecamatan Hanatakan. Jembatan ini juga digunakan sebagai akses warga Waki sehari-hari ke lahan perkebunannya untuk mengais rezeki.

Atas dasar itu, Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban) turun tangan membantu perbaikan jembatan darurat itu agar kokoh. Namun sifatnya hanya sementara.

Bekerja sama dengan Dinas Perkim HST, Poliban menyalurkan bahan untuk pembuatan jembatan. Jembatan dibangun berpondasi material batu yang dimuat ke dalam kotak kawat atau biasa disebut bronjong.

Beronjong itu lantas disusun dari tebing Waki sampai tebing seberangnya. Di atas beronjong lantas ditaruh susunan bambu atau lanting dan kayu.

Dengan gotong royong warga setempat, penyeberangan itu kini sudah bisa dilewati kendaraan roda dua.

Direktur Poliban, Joni Riadi, menyebutkan pihaknya telah melakukan survey di beberapa desa terdampak sebelum membantu penyebrangan darurat itu.

Awalnya, Poliban akan membuat hunian sementara (Huntara) dengan dibantu Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) untuk warga yang rumahnya hilang disapu air bah.

“Tapi ternyata warga juga membutuhkan penyeberangan untuk aktifitas perekonomian masyarakat. Sedangkan jembatan masih minim di sini. Jadi kami alihkan ke jembatan,” terang Riadi saat memantau proses perbaikan jembatan, Rabu (10/3).

Sebelum bencana banjir melanda, salah satu warga Waki RT 8, Hasan, mengaku sering menggunakan jembatan gantung. Tujuannya untuk berkebun sekaligus menyadap karet ke desa seberang, Batu Tunggal.

Semenjak banjir melanda hingga masa transisi pemulihan pascabanjir ini, dia sudah tidak pernah lagi ke kebun karetnya.

“Kalau lewat jembatan, waktunya sebentar. Kalau tidak ada jembatan perlu waktu 30 menit lebih untuk sampai ke kebun,” terant Hasan.

Mengenai pembangunan jembatan tetap, Kepala Dinas Perkim, Pajarudin menyebut Pemkab HST telah mengalokasikan anggarannya.

“Namun pelaksanaan ini nantinya memakan waktu yang panjang karena sifatnya permanen,”kata Pajarudin.

Dengan adanya bantuan dari Poliban, kata Pajarudin, sangat membantu aktifitas warga sebelum jembatan permanen dibangun.

“Kita berterima kasih kepada pihak Poliban yang ikut serta dalam penanganan pemulihan pascabanjir ini,” tutup Pajarudin.

Selain membantu bahan pembuatan jembatan sementara, Poliban juga menyalurkan bantuan alat pertanian dan perkebunan untuk warga.

Warga Waki gotong royong membuat jembatan sementara yang menghubungkan dua kecamatan, Rabu (10/3)./Foto-bakabar.com/Lazuardi.



Komentar
Banner
Banner