bakabar.com, BANJARMASIN - Tuan Guru H Muhammad Syarwani Abdan atau Guru Bangil sempat prihatin dengan tindakan-tindakan para ustaz muda yang menyalahi jalan ulama pendahulunya. Keprihatinan tersebut kemudian beliau ungkapkan dalam sebuah tulisan yang diberi judul "Adz Dzakhiratus ats Tsaminah li Ahlil Istiqomah".
Buku "Adz Dzakhiratus ats Tsaminah li Ahlil Istiqomah" yang dalam cetakan berbahasa Indonesia diberi judul "Simpanan Berharga" itu, adalah salah satu karya Guru Bangil dari sekian banyak karya beliau.
Karya tersebut mandapat sambutan hangat di kalangan ulama. Di antara yang memberikan sambutan, Menteri Agama kala itu KH Syaifuddin Zuhri, Ketua Umum PBNU KH Idham Chalid, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo dan Rais Suriah NU KH Machrus Ali, Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya Prof Tk H Ismail Jakub SH MH.
Buku "Adz Dzakhiratus ats Tsaminah li Ahlil Istiqomah" di antaranya membahas permasalahan talqin, tahlil, tawassul, juga disinggung permasalahan kaidah memahami hadits.
Di bagian cover buku, dikutip pengantar penulis dalam buku tersebut:
“Diterbitkan karangan singkat ini dalam bentuk yang sederhana adalah dimaksudkan agar sekedar menangkis serangan yang dilancarkan secara tajam oleh pihak-pihak atau “kyai-kyai muda” yang secara sembrono memberikan fatwa-fatwa” seolah-olah para alim ulama kita yang terdahulu itu telah memberikan jalan yang sesat pada kita.”
Guru Bangil juga menuturkan, "Akhir-akhir ini rupanya semakin banyak orang-orang yang bukan ahlinya dalam menentukan nilai suatu hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam sudah berani mengatakan “ini hadits dhoif (lemah)” atau “itu hadits palsu”, bahkan berani mengingkari hadits-hadits yang shohih dikarenakan tidak cocok dengan hawa nafsu mereka. Tentunya hal ini merupakan bahaya besar atas orang-orang yang kurang memahami tentang pokok-pokok ilmu hadits.
Dalam buku itu, penulis berusaha memberikan keterangan dan penjelasan yang sesungguhnya dan benar tentang kaidah-kaidah ilmu hadits terutama yang ada kaitannya dengan masalah-masalah Talqin, Tahlil, Tawassul, Keramat dan Barokah.
Penulis juga menjelaskan bahwa apa yang telah diajarkan oleh para ulama terdahulu itu adalah benar dan tidak menyimpang dari ajaran Islam serta mempunyai dasar-dasar yang kuat, dapat dijadikan pegangan (hujjah) terutama bagi golongan Ahlis sunnah wa jama’ah."
Di bagian penutup, Guru Bangil mengutip banyak perkataan ulama yang di antaranya:
Berkata Abu Turab An Nahsabi, "Bila hati seseorang itu berpaling dari sisi Allah, maka orang itu lalu mengumpat-umpat Wali-Allah."
Abdul Muwahib berkata, "Apabila engkau lihat dirimu benci dan tidak suka kepada Ahlillah (wali-wali dan orang-orang shaleh). Ketahuilah, bahwa engkau ditolak dari pintu rahmat Allah dan barangsiapa yang ingkar kepada yang tidak diperolehnya (keramat), maka dia tidak akan mendapat berkat dari yang sudah didapatnya (misalnya ia mempunyai ilmu, maka ilmunya tidak ada berkahnya)."
Imam Al Ghazali dalam Ihya-nya mengatakan: "Bahwa orang yang ingkar akan kasyaf dan keramat itu, bagi ahlinya laksana orang yang ditangannya sepotong besi gelap-kotor dan penuh karat. Tidak percaya akan besi di tangan orang lain yang mengkilap bagaikan cermin yang bisa terlihat sesuatu di dalamnya karena bersihnya. Dan ingkar yang demikian itu adalah penghabisan jahil dan sesat, karena tidak ada pegangan selain dirinya tidak sampai akan derajat itu, juga tidak sampainya orang-orang yang dilihatnya.
Dalam hadits qudsi, "Barangsiapa memusuhi aku punya wali (orang yang kucintai), maka sesungguhnya aku telah menyatakan perang kepadanya."(HR Imam Bukhari dari Abu Hurairah)
Syekh Tajuddin Assubuki berkata, "Tidak kami lihat orang yang ingkar (kepada wali), kecuali adalah pada penghabisan umurnya "su-ul khatimah" (Naudzubillahi min dzalik, Nasalullahal afwa wal afiah)."(As Sijaie, Itsbatu Karomatil Aulia, 231).
Baca Juga: Tuan Guru H Muhammad Syarwani Abdan (5),Guru dari Para Ulama Besar
Baca Juga: Tuan Guru H Muhammad Syarwani Abdan (2), Sayyid Amin Qutbi pun Memujinya
Selain buku tersebut, ada beberapa karya Guru Bangil lainnya yang jumlahnya hanya diketahui pihak keluarga. Namun yang sempat dicetak di antaranya; "Adz Dzakhiratus ats Tsaminah li Ahlil Istiqomah", Risalah Sholat, Risalah Puasa, dan Terjemah Syair Burdah.
Setelah sekian lama mengabdikan diri untuk kemaslahatan umat, di masa senjanya Guru Bangil sering menderita sakit. Meski begitu, beliau terus mengupayakan mengajar walaupun dalam keadaan berbaring.
Guru bangil menghembuskan napas terakhir pada Senin malam (malam selasa) sekitar jam 20.00 Wita, 11 September 1989 M/12 Shafar 1410 H pada usia kurang lebih 74 tahun. Jenazah beliau kemudian dimakamkan di pemakaman Keluarga Habib Muhammad bin Ja'far Al Haddad, Dawur, Bangil.
Di kemudian hari, makam beliau tersebut banyak dikunjungi para peziarah dari berbagai penjuru daerah. Terlebih ketika mendekati peringatan haul beliau. Ribuan jemaah tumpah ruah dalam peringatan haul tersebut.
Guru Bangil meninggalkan 27 putera dan puteri. Berdasarkan wasiat tertulisnya, putera tertuanya yang ia beri nama dengan nama guru sekaligus pamannya, KH Kasyful Anwar, didaulat untuk meneruskan kiprahnya dalam mengasuh Pondok Pesantren Datuk Kelampayan dan melanjutkan semua kegiatan yang telah dirintis oleh beliau di kala hidupnya.
Baca Juga: Habib Salim Jindan; Berguru pada 200-an Ulama Nusantara dan Bangga Menjadi Warga Indonesia
Baca Juga:Syekh Ahmad Syarwani Zuhri (2), Mendapat Isyarat Mendirikan Pesantren di Balikpapan
Editor: Muhammad Bulkini