bakabar.com, JAKARTA – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengungkapkan keberhasilan Indonesia mendapatkan penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) untuk sistem pertanian dan pangan yang tangguh, tidak lepas dari peranan petani. Karena itu, pemerintah perlu memperhatikan regenerasi petani guna mempertahankan pencapaian tersebut.
Peneliti Center of Food, Energy, and Sustainable Development INDEF, Rusli Abdullah mengatakan agar pemerintah dapat mendorong anak muda untuk lebih aktif berkecimpung di dunia pertanian.
Berdasarkan pengamatannya, kata Rusli, saat ini banyak petani muda yang mulai beralih sawah ke kebun dengan memanfaatkan teknologi informasi. Terlebih, hal tersebut dilakukan atas dasar tanpa dorongan dari pemerintah. Sebab, petani milenial melihat peluang pemanfaatan teknologi pada sektor pertanian dan perkebunan.
"Apakah pemerintah bisa mengeskalasi? Itu semakin banyak anak muda yang turun jadi petani. Nah itu tinggal pemerintah mau apa tidak," ucap Rusli kepada bakabar.com, Selasa (16/8).
Rusli mencontohkan peluang meningkatkan minat petani milenial tersebut dapat dilakukan dengan baik di Jepang. Salah satunya dengan memberikan insentif kepada petani dalam bentuk beasiswa sekolah gratis kepada anak petani hingga jenjang perguruan tinggi.
Selain itu, program serupa yang berkaitan dengan petani milenial juga mulai diusung di provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan minat anak muda untuk berprofesi sebagai petani.
Meski begitu, imbuh Rusli, tanpa adanya dorongan dari pemerintah, masyarakat pun sudah mulai terstimulus untuk terjun ke sawah. Hal ini dikarenakan akses teknologi informasi yang mudah dan dapat dijangkau masyarakat awam.
"Kalau orang bisnis, bisnisman, entrepreneur itu kan liatnya peluang. Bukan karena adanya dorongan pemerintah. Peluang cuan, kenapa duit? Karena lihat orang mau belanja online orang udah mulai sadar terhadap hidroponik yang pertanian tanpa pestisida, jadi itu karena ada peluang," pungkasnya. (Resti)