bakabar.com, BARABAI – Warga Desa Kahakan Kecamatan Batu Benawa, Hulu Sungai Tengah (HST) memiliki tradisi menarik memasuki malam ke 21 Ramadan. Mereka menghiasi kampung dengan banyaknya "lampu".
Lampu yang terbuat dari batang bambu yang diisi dengan minyak tanah dan diberi sumbu itu, ramai dijejer di pinggiran jalan Desa Kahakan.
“Kami menyebutnya (tradisi tersebut) ‘batatarangan’,” kata Syahraji warga Desa Kahakan saat dijumpai bakabar.com, Sabtu, (25/5) pukul 20.30.
Baca Juga: Jelang Buka Puasa, FPI Tapin Bagi Takjil ke Pengguna Jalan
Rencananya, Syahraji mengatakan batatarangan akan digelar hingga akhir Ramadan atau malam Idul Fitri.
Diakuinya, batatarangan adalah tradisi lama yang kembali dimunculkan desa Kahakan. Tahun 2019 menjadi tahun kelima acara ini digelar, setelah sebelumnya tak lagi diadakan masyarakat.
Syahraji mengungkapkan, kegiatan itu digelar untuk meramaikan datangnya malam lailatul qadar yang disebut-sebut terdapat di sepuluh terakhir bulan Ramadan. Selain itu, menurut kepercayaan warga, hal tersebut juga menjadi penerang alam kubur selama Ramadan.
“Begitulah kira-kira,” kata Syahraji.
Batatarangan mulai dinyalakan selepas Salat Magrib. Desa yang semula hanya diterangi lampu di pinggiran jalan kini dihiasi nyala api kecil dari bambu di tiap halaman rumah warga yang lebih dari 100 kepala keluarga itu. Tak ketinggalan, warung dan mesjid pun turut dihiasi batatarangan.
Tak hanya di pinggiran jalan, area pemakaman pun turut ditempatkan batatarangan. Dengan begitu, desa pun menjadi ramai, anak-anak berkumpul dan bermain di sekitaran batatarangan.
Tradisi tersebut menurut Syahraji, tidak terlalu banyak menghabiskan biaya.
“Satu malamnya menghabiskan 20 liter minyak tanah seharga 15.000 per liter,” kata Syahraji.
Baca Juga: Istri Gus Dur Jadi Tamu Spesial NGP Ramadan Camp di Banjarbaru
Reporter: AHC 11Editor: Muhammad Bulkini