Rapat siang itu dimanfaatkannya untuk membahas sederet metode. Mulai dari MPLS, PTM hingga pembelajaran jarak jauh (PJJ).
"Karena kita tidak harus gaspollangsung PTM. Kita perlu penyesuaian dulu," ucapnya.
Lebih jauh, bahwa mekanisme MPLS bagi kelas 7 akan dilakukan secara bertahap dan berwaktu.
Kelas 7 memiliki sebanyak 8 rombongan belajar atau rombel dengan jumlah 32 siswa.
Satu rombel yang diharuskan hadir saat MPLS hanya 50 persen. Sisanya, mengikuti MPLS 2 jam berikutnya.
"Ada yang satu kelas 16 siswa, tergantung jumlah siswanya," tuturnya.
Setelah MPLS, kata dia, bahwa seluruh rombel akan turun sesuai sif mereka. Kelas 7, 8 dan 9 mendapatkan pembagian kelas dan metode PTM secara terbatas.
Khusus siswa yang masih di rumah mendapatkan pembelajaran jarak jauh.
"Sif genap, terus itu ganjil. Itu menghindari kerumunan dan menindaklanjuti lonjakan kasus Covid-19," pungkasnya.
3. Siswa di Zona Oranye Dilarang
Siswa yang berdomisili di zona oranye penyebaran Covid-19 Kota Banjarmasin tidak diperkenankan PTM. "Jadi tidak hanya sekolahnya. Anak yang di dalam zona merah [oranye] juga tidak diperbolehkan," ujar Kepala Dinas Pendidikan Banjarmasin, Totok Agus Darmanto.
Menurutnya penundaan siswa untuk mengikuti PTM secara terbatas ini bersifat sementara. Satuan pendidik harus melakukan pendataan secara persuasif setiap seminggu sekali. Itu terkait perubahan zonasi penyebaran Covid-19 oleh Dinkes setempat.
"Kalau masih oranye, kita tunggu semoga cepat," ucapnya.
Namun jika zona penyebaran Covid-19 di lokasi satuan pendidik menjadi hijau, "maka kita buka lagi," pungkasnya.
4. Sekolah Tidak Tahu
Ternyata masih ada sekolah yang tak tahu mengenai aturan PTM hal zonasi. Kepala Sekolah SMPN 1 Banjarmasin, Gusti Khairur Rahman, misalnya.
“Yang kita tahu, yang tidak diizinkan itu sekolahnya kalau berada di zona oranye. Bukan siswanya,” bebernya.
Ia mengaku tidak mengetahui adanya aturan bahwa siswa yang berdomisili di zona oranye juga tidak diperkenankan turun ke sekolah.
Ia menambahkan pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) siswa kelas 7 di SMPN 1 sendiri diselenggarakan selama 3 hari. Sedangkan untuk siswa kelas 8 dan 9 semua diliburkan.
“Di hari pertama ini semua siswa kelas 7 hadir. Karena pemberitahuan untuk siswa yang berada di zona oranye tidak diperkenankan turun baru kita ketahui,” tuntasnya
5. Hari Pertama untuk orientasi siswa
Ratusan siswa kelas 7 berkumpul dengan protokol kesehatan ketat di halaman SMPN 7 Banjarmasin pada pagi tadi.
Mereka mengikuti MPLS. Wajar, kelas 7 merupakan siswa yang baru duduk di tingkat SMP.
"Ini khusus siswa kelas 7. Untuk siswa kelas 8 dan 9 masih PJJ," ujar Kepala SMPN 7 Banjarmasin, Kabul.
Kabul mengatakan bahwa siswa ditekankan untuk menerapkan prokes saat MPLS.
Alhasil, jika PTM dilaksanakan mereka sudah disiplin prokes. Mulai dari mencuci tangan sebelum masuk ke lingkungan sekolah hingga memakai masker selama pembelajaran berlangsung.
"Kita penekanannya prokes dengan menggandeng Dinkes,” paparnya.
Adapun di SMPN 7 Banjarmasin menggunakan metode pembelajaran sif. Sif pertama masuk hari Senin, Rabu dan Jumat. Sisanya Selasa, Kamis dan Sabtu merupakan sif kedua. Di luar sif, siswa masih melakukan PJJ dengan didampingi tenaga pendidik khusus.
"Kita bagi waktu pembelajarannya pas adil dan merata," ucapnya.
6. Usul Penundaan
Wakil Ketua DPRD Banjarmasin, Matnor Ali angkat bicara. Pelaksanaan PTM hari pertama meninggalkan sederet catatan minor baginya.
“Tolong wali kota evaluasi untuk ditunda, saat ini tren Covid-19 tambah naik kian hari,” ujarnya kepada bakabar.com, Senin malam.
Sebaiknya, kata dia, pemerintah kota segera mengambil sikap terkait peningkatan Covid-19 dalam waktu beberapa hari ini.
“Setelah dilakukan MPLS dengan cara PTM beberapa hari setelah itu PTM ditunda dulu sampai PPKM darurat berakhir,” sambungnya.
Juga tak lepas dari sikap Pj Gubernur Kalsel Safrizal yang belum mau memberi lampu hijau pada pelaksanaan PTM di Banjarmasin.
“Senada dengan kebijakan Pemprov. Pelaksanaan PTM ditunda untuk sementara. Apa lagi banyaknya catatan temuan yang didapat saat dimulainya PTM hari ini,” ujarnya.
Matnor pantas cemas. Merujuk data Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM), selama 10 hari pertama Juli jumlah penduduk di Banjarmasin yang terkonfirmasi positif sebanyak 241 kasus.
“Kami kuatir kalau ada siswa dari zona oranye ikut PTM lagi, seperti yang terjadi di SMPN 2,” ujarnya.
Instruksi Presiden Joko Widodo, kata Matnor, juga mestinya jadi landasan Pemkot Banjarmasin.
“Presiden Jokowi sudah meminta perhatian khusus untuk percepatan penanganan Covid-19 khusus di tiga daerah. Kalsel salah satunya,” ujarnya.
Dibandingkan pertambahan kasus positif pada 10 hari terakhir bulan Juni, kembali merujuk data Tim Pakar ULM, maka kasus di bulan ini tumbuh sebesar 3,8 kali lipat. Lonjakan kasus lebih besar dari pertumbuhan di tingkat provinsi yang bertambah 2,6 kali lipat.
“Di zona kuning pun bila naik ke oranye segera tutup PTM. Gugus tugas Covid-19, Disdik kerja keras pantau dan evaluasi,” ujar Matnor.
Adapun tingkat positivitas hasil testing Covid-19 Kota Banjarmasin dari 20 Juni ke 10 Juli naik dua kali lipat yaitu dari 14 persen menjadi 30 persen.
Angka 30 persen artinya dari setiap 10 orang yang diambil sampelnya sebanyak 3 di antaranya positif Covid-19. Dua indikator ini, laju kasus dan tingkat positivitas sudah cukup menggambarkan situasi pandemi di Banjarmasin sedang sangat rawan karena telah terjadi pertumbuhan kasus secara eksponensial.
Berdasar data Dinas Kesehatan Kalsel, kasus konfirmasi positif pada usia PAUD pada periode 24-30 Juni sebanyak 5 orang, sedangkan pada periode 1-7 Juli meningkat menjadi 7 orang. Pada anak usia SD jumlah kasus yang terjadi sepanjang 1-7 Juli ada 41 orang, naik 1,7 kali lipat dibanding kasus pada 7 hari sebelumnya. Sementara anak usia SMP jumlah kasusnya sebanyak 20 orang atau meningkat 3 kali lipat.
Begitu pula kasus harian terjadi lonjakan signifikan dalam empat hari terakhir terhitung sejak Rabu (7/7) hingga Sabtu (10/7). Pada Rabu ada 111 orang terkonfirmasi positif dan 4 meninggal dunia.Kemudian Kamis (8/7) bertambah lagi sebanyak 144 orang dengan kematian 4 orang. Selanjutnya pada Jumat (9/7) ada penambahan 200 orang terkonfirmasi positif, 125 orang dalam perawatan dan 4 orang meninggal dunia. Sedangkan Sabtu kemarin, ada 202 orang positif, 5 meninggal dunia serta penambahan pasien dalam perawatan sebanyak 145 orang.
Berkaca pada temuan hari pertama, Matnor meminta semua sekolah yang melakukan PTM menginventarisasi alamat siswa.
“Jika alamat siswa di zona oranye jangan lagi mengikuti PTM, sekolah harus memfasilitasi melalui PJJ [Pembelajaran jarak jauh],” ujarnya. “Saran parlemen, ditangguhkan dulu.”