bakabar.com, BANJARMASIN – Sampai sekarang, dua alat tes Covid-19 bantuan dari Presiden Jokowi untuk Banjarmasin belum juga bisa dioperasikan.
Dua alat laboratorium dimaksud, yakni RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction).
"Dua alat itu belum bisa digunakan sampai sekarang," ujar Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Banjarmasin, Machli Riyadi dihubungi bakabar.com, Kamis (18/6).
Beragam kendala mengiringi pengoperasian alat khusus yang menggunakan sampel cairan dari saluran pernapasan bawah sebagai bahan pemeriksaan itu. Salah satunya, karena ketiadaan pengaduk sampel swab pasien.
Dua alat bantuan itu kini masih berada di kantor Badan Penanggulangan Bencara Daerah (BPBD) Kalsel dan RSUD Anshari Saleh.
"Kita menunggu komponen tersedia dulu, baru bisa digunakan alat bantuan dari pemerintah pusat," pungkasnya.
Keterbatasan demikian memaksa pemerintah daerah tetap mengandalkan satu-satunya alat RT-PCR milik Pemprov Kalsel di Laboratorium di Banjarbaru.
Di situlah, menurut Machli kendala terbesar untuk penanganan yang lebih cepat untuk memutus mata rantai Covid-19.
"Solusinya Banjarmasin harus punya alat PCR sendiri, itu harga mati agar penanganan virus Corona ini bisa lebih cepat lagi," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, Banjarmasin menargetkan lonjakan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 segera terjadi untuk mencapai puncak penyebaran Covid-19.
Dengan demikian, Gugus Tugas dapat memprediksi kapan wabah yang ikut menyerang Banjarmasin sejak Maret kemarin berakhir.
Machli menerangkan pengadaan alat RT-PCR ini sudah masuk dalam usulan ke BPBD Kalsel.
Jika usulan ditolak, maka Machli segera meminta langsung ke Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina.
Alat RT-PCR yang diinginkan Banjarmasin sedianya mesti mampu menampung 98 lubang untuk sampel swab pasien.
Dengan begitu, lanjut Machli dalam satu hari alat tersebut bisa melaksanakan dua hingga tiga kali pemeriksaan.
"Banjarmasin harus ada-lah, minimal satu agar dalam pemeriksaan bisa cepat menentukan diagnosa pasien," tegasnya.
Sebagai informasi, RT-PCR diklaim memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap Covid-19 ketimbang rapid test.
Beberapa kali Banjarmasin telah melakukan uji usap ini di beberapa pasar tradisional. Hasilnya pun cukup memuaskan.
Ratusan orang terindikasi Covid-19 termasuk mereka yang tanpa gejala berhasil dideteksi keberadaannya.
Metode PCR ini juga sering disebut dengan swab test yang menggunakan sampel cairan dari saluran pernapasan bawah sebagai bahan pemeriksaan.
Kedua alat PCR diberikan Tim Gugus Tugas Covid-19 Pusat ke Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) beberapa waktu lalu.
Editor: Fariz Fadhillah