bakabar.com, BANJARMASIN – Tenggelamnya Kapal Onrust dalam Perang Banjar, 26 Desember 1859 di Sungai Barito, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, membuat dendam pemerintah Hindia Belanda.
160 Tahun lalu tepatnya oleh laskar pejuang Tumenggung Surapati, pengikut Pangeran Antasari di wilayah Muara Teweh.
“Ini pukulan yang sangat sensitif dari Antasari ke Pemerintah Hindia Belanda dalam Perang Banjar. Mayor GM. Verspyck, Komandan Ekspedisi Banjarmasin saat itu pun marah besar,” ungkap Pengamat Sejarah, Mansyur kepadabakabar.com.
Dari kekalahan besar Belanda tersebut, pada tahun 1860 pembalasan pun dilanjutkan. Ekspedisi angkatan laut dibentuk, yang terdiri dari kompi ketiga dan keenam dari Batalion ketujuh Angkatan Laut Hindia Belanda, beberapa pasukan artileri. Ditambah kekuatan maritim terdiri dari Boni, Suriname, sebuah barka dan 3 kapal besi.
“Pengkhianatan Surapati menuntut pembalasan berdarah, kata Verspyck, darah temanmu yang terbunuh hanya bisa disapu oleh darah para pembunuh,” kata Mansyur.
Pada 11 Februari 1860, dilakukan ekspedisi pembalasan dari Kapal Uap Celebes, Suriname dan Boni yang berakhir gagal. Buritan Kapal uap Suriname dan Boni datang ke Lontontour kemudian mendapatkan perlawanan gigih.
“Lontontour telah begitu diperkuat para pemberontak sehingga mereka terpaksa kembali ke Banjarmasin dengan mengecewakan dan hanya tersisa beberapa tentara,” lanjut Dosen Sejarah FKIP ULM itu.
Pecahnya perang Tongka Montallat pada 27 Mei-1 Juni 1861 juga menjadi alasan lain kemarahan Belanda dan pemicu pembalasan dendam terhadap pasukan Pangeran Antasari dan Temenggung Surapati.
“Pihak Belanda juga mengetahui kalau mereka membangun Benteng di Tongka,” ujarnya.
Mayor GM. Verspyck mengintruksikan Van Haes dan pasukannya berupaya menebus tetesan darah dan nyawa para Marinir Onrust. Mereka yang tewas di tangan Pangeran Antasari dan pasukannya.
“Mereka juga membunuh mati tanpa ampun orang Dayak atau Melayu (Banjar) yang telah ikut di dalam penenggelaman Kapal Onrust,” sebutnya
Akibat serangan bumi hangus yang dilakukan oleh Belanda. Banyak rumah-rumah yang dibakar di Lalutung Tuor, Butong, Pendreh, dan Kampung Bahan Hilir Puruk Cahu.
Selain itu, juga menimbulkan korban jiwa diantara lain adalah Panglima Bachrun, Panglima Hujan Panas dan 5 orang lainnya yang terkena tembakan Belanda di Lalutung Tuor. Kerangka tujuh orang mayat korban tersebut telah dikuburkan kembali di dalam satu liang makam di kelurahan Lanjas.
“Sementara korban jiwa lainnya adalah keluarga Temenggung Surapati yaitu Ibundanya (Nyai Bulau) dan dua orang Putrinya Nyai Santepak dan Nyai Lunyak juga turut jadi korban,” lanjutnya
Seakan belum puas, Belanda masih terus melakukan perjalanan ke Tongka dengan tujuan ingin menyerang Benteng Tongka yang merupakan tempat persembunyian Pangeran Antasari untuk menyusun kekuatan.
“Mereka belum puas kalau belum menangkap dan membunuh Pangeran Antasari,” katanya.
Baca Juga: Kilas Balik Tenggelamnya Kapal Onrust dan Perang Banjar (1)
Baca Juga: Tenggelamnya Kapal Onrust (2); Temenggung Surapati: Licik Dibalas dengan Licik
Reporter: Musnita SariEditor: Muhammad Bulkini