bakabar.com, BARABAI – Kabar meninggalnya anggota Wandari dari Jakarta berdarah Banjar ini membuat pencinta alam berkabung. Tak sedikit relawan yang terlibat mengevakuasi mendiang di ketinggian 1450-1500 Mdpl itu, Minggu (14/2).
Trek menuju ke Kilai tidak mudah, mengingat tanjakan yang begitu terjal dan ekstrem. Hanya bisa ditembus dengan berjalan kaki.
Estimasi waktu yang ditempuh mencapai 12 jam dari akhir perjalanan menggunakan kendaraan di Dusun Danau Canting-Kiyu Desa Hinas Kiri BAT.
Nyatanya, saat mengevakuasi Beben, puluhan relawan dari berbagai kalangan termasuk warga sekitar hanya menghabiskan waktu 6 jam dari Kilai sampai turun ke Kiyu.
Satu rombongan jalan kaki dari Desa Juhu menjemput jenazah. Satu rombongan lagi naik dari Kiyu menuju Kilai.
“Kami berangkat dari pukul 08.00, sampai ke posisi jenazah sekira pukul 10.00,” kata warga Juhu sekaligus Ketua Aman HST, Roby, Minggu sore.
Sama halnya rombongan dari Desa Kiyu menuju Kilai. Mereka sampai di posisi jenazah sekira pukul 12.00.
Dari Kilai mereka berupaya mengevakuasi. Menggunakan tandu dari bambu. Mereka menempuh tanjakan dan turunan yang ekstrim sepanjang perjalanan yang penuh pepohonan.
“Secara bergantian kami memikul jenazah. Dari pukul 12 siang sampai ke Kiyu pukul 18.17,” terang salah satu warga sekitar, Rudianoor
Di kampung Kiyu, puluhan relawan lainnya dan salah satu anggota keluarga Eben, Upi warga Kandangan telah siap menyambut kedatangan jenazah. Lengkap dengan ambulan.
“Keluarga dari Jakarta sudah dikabari dan datang ke Kalsel,” terang sang keponakan, Upi.
Penyebab meninggalnya anggota Wanadri angkatan Tapak Lembah (W-1247-TL) belum diketahui persis. Namun kuat dugaan akibat kelelahan.
Sebelum di makamkan di tanah kelahiran orang tuanya di Karang Jawa Kecamatan Padang Batung HSS, jenazah terlebih dahulu divisum di RSUD H Damanhuri Barabai.
“Memang kalau ada org meninggal, SOP dari pihak kepolisan akan melakukan visum untuk mengetahui penyebabnaya. Dugaan sementara karena kelelahan mengingat umur beliau yang sudah 55,” kata Kapolsek, Ipru Erikson.
Informasi dihimpun dari Polsek BAS, keberadaan mendiang di HST dalam rangka misi kemanusian. Membantu korban banjir di Hantakan.
“Kalau tujuan ke sini, ke Juhu dapat undangan dari pembakal Juhu yang kebetulan juga tadi malam ada aruh di Juhu. Beliau meminta porter dari Kiyu untuk mengantar sampai ke Juhu,” terang Kapolsek.
Sebelumnya Dauri, sahabat dekat mendiang menjelaskan, tujuan Beben ke HST dalam misi kemanusian dalam satu minggu terakhir. Dia bersama tim relawan dari Bandung Jawa Barat dalam rangka mitigasi bencana alam di Papagaran Kecamatan Hantakan.
Selasa (10 Februari), para relawan dari Bandung balik kanan ke Jakarta dalam misi yang sama. Sementara Beben mengunjungi keluarganya di Karang Jawa Kecamatan Padang Batung, Kandangan HSS.
“Saya yang antar waktu itu. Beliau dapat undangan ke Juhu. Jumat itu lalu naik sendiri. Sampai di Kiyu ditemani porter tadi untuk ke Juhu,” terang Dauri.
Sarbini akrab disapa Beben meninggal setelah melewati puncak Gunung Kilai (baca:Kilayi), sekitar pukul 16.00, Sabtu (13/2).
Sarbini atau Beben meninggal di usia yang ke 55. Lelaki kelahiran Banjarmasin 10 Oktober 1966 ini meninggalkan satu istri dan 3 anaknya.
Hingga saat ini, Beben dan keluarganya berdomisili di DKI. Tepatnya di Jalan Sumur Batu Kemayoran, Jakarta Pusat.
Jenazahnya kini terbaring di peristirahatan terakhir di Desa Karang Jawa Kecamatan Padang Batung HSS.