Tak ingin menulis skripsi yang biasa-biasa saja, Mahasisiwa STKIP PGRI Banjarmasin bernama Dessy Puteri Novitasari meneliti sebuah tari yang mulai langka. Tari tersebut bernama "Tari Tiling Tanggung". Untuk mewawancara nara sumber, dia rela naik-turun gunung.
AHC05, RANTAU
Demi memenuhi kelengkapan penelitian skripsinya, Mahasiswi Seni Tari itu rela naik-turun gunung ke Desa Pipitak Jaya, Kecamatan Piani pada Minggu (5/5). Tujuannya, mewawancara nara sumber bernama Rusdiansyah. bakabar.com turut mengiringi perjuangan mahasiswi satu ini.
Sesampainya di kediaman Rusdiansyah (nara sumber), ternyata dia tidak berada di rumah. Dia dikabarkan sedang memanen padinya di sawah bersama keluarganya.
"Sudah terlanjur ke sini, kita susul aja ke ladangnya," ujar Dessy pada ayah dan dua orang temannya.
Ladang milik Rusdiansyah berada tepat di bawah lereng pegunungan Meratus dan di bantaran sungai Tapin. Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit dari kediamannya, Rusdiansyah ditemui di bawah bangunan sederhana beratap terpal berwarna biru, tengah sawah.
Baca Juga: 'Berebut' Status Ibu Kota, Empat Gubernur Diundang ke Jakarta
Saat dijumpai, Rusdiansyah mengaku sangat senang ada orang yang peduli dengan adat budayanya. Sehingga, informasi tari yang diketahuinya tak hilang begitu saja, bahkan bisa menjadi referensi bagi generasi yang akan datang.
“Himung aku ada yang mancatat, marakam kisah adat budaya kami, harapannya ada kaina yang mangisah akan (Senang ada yang mencatat dan mengingat adat budaya kami, harapannya ada orang yang menceritakan, red),” ujar Rusdiansyah.
Rusdiansyah, dinilai Dessy, sangat terbuka. Dia juga sangat menguasai tari yang sedang diteliti. Sehingga wawancara berjalan lancar, meski dilakukan di tengah sawah.
"Penjelasan beliau lugas, rinci, dan jelas,” ujar Dessy.
Setelah mewawancara Rusdiansyah, bakabar.com menanyakan mengapa memilih nara sumber yang sulit dijangkau? Dia beralasan, ingin mendapatkan nara sumber lain (berbeda dengan yang berada di tengah kota), yang dengan keterangan mereka memperkaya pengetahuan tentang tari yang sedang diteliti.
Selain itu, apa yang Dessy lakukan adalah upaya menghargai masyarakat adat yang mempunyai kearifan lokal yang khas.
Baca Juga: Tarawih Perdana, Mesjid Raya Sabilal Muhtadin Padat Jemaah
“Dengan terjun langsung kelapangan, aku bisa menggambarkan secara jelas dalam tulisan skripsiku nantinya,” terang Dessy.
Dessy berharap, semoga penelitian ini bermanfaat, khususnya untuk Kebudayaan Kabupaten Tapin.
Dessy dalam waktu dekat, berencana kembali naik gunung untuk melengkapi data penelitiannya.
“Mungkin pertengahan Ramadhan akan naik kembali untuk penelitian yang ke 3 tentang Tari Tiling Tanggung,” ungkap Dessy.
Editor: Muhammad Bulkini