bakabar.com, BANJARMASIN – Santai, bergairah dan penuh semangat. Begitulah gambaran sosok Nanang M Yus, pelukis senior di Kalsel yang sudah berusia senja.
Memasuki usia yang ke-76 tahun, pria bernama asli Muhammad Yusran ini kembali sukses menghelat pameran tunggal bertajuk Titik Nadir.
Pameran digelar di Bengkel Seni Rupa Sholihin Taman Budaya Kalsel. Sebanyak 26 lukisan dari berbagai aliran seperti abstrak hingga realis bisa dinikmati langsung oleh pengunjung sejak 9 hingga 19 Januari 2022.
Bagi M Yus, ini merupakan kali kedua pameran tunggalnya digelar. Sebelumnya, kegiatan serupa juga pernah dihelat di Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru.
Pameran Titik Nadir sekaligus menjadi ajang pembuktian M Yus, bahwa produktivitas seorang seniman bukan diukur dari segi usia.
Terbukti, di usianya yang sudah lebih 3 per 4 abad, M Yus masih bisa menciptakan lukisan-lukisan indah dan berkelas.
Karya terbaru yang dibuatnya tahun 2021 lalu tercatat sedikitnya ada tiga buah lukisan, satu diantaranya berjudul Pendulang Intan.
Selain itu, ada pula karya fenomenal dari pelukis kelahiran 19 September 1945 ini. Karya tersebut menampilkan potret wajah M Yus sendiri yang seakan berada di atas tumpukan batu.
Lukisan berjudul "Muncul dari Batu” itu punya makna tersendiri. M Yus menjelaskan karya tersebut menggambarkan perjalanan dirinya selama lebih 57 tahun menggeluti seni lukis.
"Seseorang yang dibentuk dari situasi yang keras. Setiap yang namanya perjuangan tidaklah mudah," ujarnya.
Sebagai perupa, perlu memiliki semangat baja agar bisa terus berkarya, hingga sampai suatu nanti, mungkin bakal merasa jenuh.
Hal tersebut juga selaras dengan makna tajuk pameran kali ini. Titik nadir yang dimaksudnya adalah titik terendah pada usia yang kini menginjak 76 tahun.
Namun di sisi lain, itu juga merupakan titik yang baginya masih panas-panasnya untuk membuat karya.
Lewat pameran ini, M Yus ingin agar pra pelukis muda di banua ikut termotivasi. Perjuangan di dunia lukis tentu memerlukan perjalanan panjang.
"Kalau tekadnya kuat, perupa akan terus berkarya meski terkadang hidupnya memprihatinkan. Saya berjuang seperti ini bukan untuk saya. Tapi untuk perupa muda," tambahnya.
Pria kelahiran Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah ini juga berpesan, khususnya kepada para seniman muda agar jangan pernah ada rasa sombong meski sudah melahirkan banyak karya.
"Karya seni berupa lukisan ini memang adalah buatan manusia. Tapi jangan lupa bahwa menjadi manusia diciptakan oleh Tuhan. Kita ini, hanya sebagai ‘alat’ saja," tutupnya.