bakabar.com, BANJARBARU - Berada di puncak musim penghujan seperti sekarang, Dina Kesehatan Kota Banjarbaru mengingatkan warga mesti waspada dengan penyakit yang mengiringinya. Satu di antaranya, Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Kasus DBD masih di 2019, sedangkan untuk di 2020 sampai sekarang masih belum ada. Kita ada tim survei koordinasi rumah sakit dan belum ada lagi di temukan DBD,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, Rizana Mirza saat ditemui bakabar.com di ruangannya, Selasa (7/1) siang.
Untuk itu, lanjut Rizana, semua instansi dan masyarakat turut serta mengantisipasi DBD sedini mungkin. “Karena, nyamuk ini nyamuk 'elit', jadi kita sama-sama waspada,” ucapnya.
Saat ini, pihaknya telah mengimbau masyarakat untuk menjaga prilaku hidup bersih dan menerapkan 3M. Di mana menurutnya dengan dilakukannya langkah 3M (menguras, menutup dan mengubur), diharapkan tidak terjadi kasus DBD di musim hujan ini.
“Kemarin kita juga ada bikin imbauan lewat banner dan sebentar lagi mau mengedarkan surat edaran perihal kewaspadaan dini terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD)” jelasnya.
Diakui Rizana, pada musim penghujan memang akan diiringi dengan meningkatnya pertumbuhan jentik nyamuk, salah satu diantaranya aedis aegypti atau nyamuk penyebab utama Demam Berdarah. Sehingga kegiatan pemberantasan sarang nyamuk sangat perlu dilakukan, agar warga tidak terserang penyakit tersebut terutama bagi anak-anak.
"Nah di Banjarbaru ini ada banyak rumah kosong. Disana jika ada air di bak mandi yang dibiarkan saja dan menjadi sarang nyamuk kan kita tidak tahu. Hal seperti ini perlu kita koordinasikan dengan RT setempat biar di cek,” terangnya.
Untuk itu, komitmen semua pihak mengenai prilaku hidup bersih harus dijaga dan dilakukan. “Kalau semua masyarakat punya komitmen berprilaku bersih, maka insya Allah bisa terhindar dari DBD," tegasnya.
Selain di lingkungan atau rumah tempat tinggal, langkah pemberantasan sarang nyamuk dengan melaksanakan menguras bak penampungan air, menutup dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan, juga harus dilakukan di lingkungan sekolah, terutama pada bagian bak penampungan air di toilet atau WC.
"Di sekolah juga sangat rawan tumbuh dan berkembang penyakit DBD ini, karena terdapat bak penampungan air. Jadi ini imbauan 3M ini juga berlaku untuk sekolah atau tempat-tempat lainnya," bebernya.
Pihak Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru tambahnya, akan terus memantau perkembangan DBD di kota idaman tersebut, dengan terus meningkatkan koordinasi dengan berbagai instansi terkait. Bahkan jika diperlukan akan melakukan langkah pengasapan atau fogging di kawasan yang dinilai rawan penyebaran penyakit.
“Jadi fogging itu dilakukan jika positif dan memenuhi syarat, maka akan dilakukan” ucapnya.
Karena fogging dinilai bukan solusi dari pemberantasan nyamuk DBD, malah memberikan efek tidak baik bagi kesehatan, sehingga perlu hasil survei yang memenuhi syarat untuk dilakukannya fogging.
“Efeknya banyak dan meninggalkan racun, bisa mengganggu kesehatan. Karena fogging ini bukan solusi ya, karena hanya membunuh nyamuk dewasa bukan jentiknya. Jadi lebih baik berprilaku hidup bersih dan sehat, intinya,” ungkapnya.
Terakhir ia mengatakan, pada 2019 tercatat ada 355 orang yang terkena DBD di Banjarbaru, dan ia berharap di 2020 angka itu dapat ditekan dengan kewaspadaan lebih dini.
Baca Juga: Kondisi Terkini Korban Ditikam Tetangga di Halong
Baca Juga: Musim Penghujan, Dinkes Banjarmasin Ingatkan 3M untuk Cegah DBD
Reporter: Nurul Mufidah
Editor: Muhammad Bulkini