Tak Berkategori

Tak Terkendala Anggaran, Perampungan Jembatan Alalak I Tetap Maret 2021

apahabar.com, MARABAHAN – Lima bulan menuju deadline, pembangunan Jembatan Alalak I sudah memperlihatkan perkembangan signifikan. Dikerjakan…

Featured-Image
Miniatur. Jembatan Alalak I diplot sebagai salah satu dari 11 jembatan ikonik di Indonesia dalam pameran virtual yang diselenggarakan Kementerian PUPR. Foto: Istimewa

bakabar.com, MARABAHAN – Lima bulan menuju deadline, pembangunan Jembatan Alalak I sudah memperlihatkan perkembangan signifikan.

Dikerjakan mulai 1 April 2019, proyek jembatan pengganti ini sudah mencapai 74 persen lebih. Tersisa 25 persen lagi sebelum tenggat waktu.

Salah satu bagian yang dirampungkan adalah bentang pendekat, baik sisi Barito Kuala maupun Banjarmasin dengan panjang total 720 meter.

“Melihat progres pekerjaan, kami optimis pembangunan selesai sesuai tenggat waktu atau Maret 2021,” papar Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Kalimantan Selatan, Budianto, Kamis (8/10).

“Memang sebelumnya pekerjaan sempat terkendala Covid-19. Bukan terkait penganggaran, melainkan pembatasan jam kerja dan jumlah pekerja,” imbuhnya.

Sembari menyelesaikan dua pylon yang menjadi bagian utama jembatan, target selanjutnya adalah pemasangan box culvert atau dasar lantai jembatan ke arah sungai dari sisi Batola.

“Pemasangan box perlahan dilakukan dari arah pylon atau sisi Batola, sampai tersambung ke pembentang terdekat di Banjarmasin. Juga mulai dipasang sejumlah kabel,” beber Budianto.

Pembuatan pylon yang berfungsi penahan utama kabel merupakan bagian tersulit dari pembangunan Jembatan Alalak I. Selain setinggi 42 meter, bentuk pylon juga dibikin melengkung.

Dari pylon tersebut, dipasang 24 kabel yang menahan beban jembatan. Berdasarkan ketahanan tumpuan, dipasang 14 kabel di atas sungai dan 10 kabel dari sisi Batola.

Puluhan kabel dan struktur melengkung itulah yang membuat keunikan Jembatan Alalak I. Wajar kalau proyek ini diplot termasuk 11 jembatan ikonik dalam pameran virtual yang diselenggarakan Kementerian PUPR di awal Oktober 2020.

Untuk membangun jembatan cable stayed pertama di Indonesia ini, dibutuhkan biaya senilai Rp 278 miliar yang berasal dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Proyek ini dikerjakan bersama dengan konsep Kerja Sama Operasi (KSO) antara PT Wijaya Karya dengan PT Pandji.



Komentar
Banner
Banner