bakabar.com, BARABAI - Sejak divonis menderita gagal ginjal setahun lalu, keseharian Rustam (50) berubah drastis.
Warga Desa Kapar, Kecamatan Batang Alai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) ini pun hanya bisa menjalani aktivitas ringan saja.
Otomatis penghasilan Rustam berkurang. Sebab pria yang bekerja serabutan ini tidak bisa lagi bekerja berat seperti biasa.
Padahal dari sana lah hasil jerih payahnya untuk menghidupi keluarga kecilnya.
Rustam menceritakan awal mula dirinya menderita penyakit yang dialaminya. Bermula dari sakit kepala dan demam.
Betapa terkejutnya Rustam dan keluarganya ketika dokter menyatakan dirinya mengidap gagal ginjal stadium 4.
Sejak saat itu Rustam harus menjalani pelayanan cuci darah atau hemodialisis (HD) secara rutin di rumah sakit.
"Sudah setahun lebih saya dinyatakan harus rutin cuci darah," kata Rustam, Rabu (10/8).
Hingga kini, Ayah 3 anak ini harus menjalani HD rutin dua kali dalam seminggu.
Beruntung segala biaya pelayanan HD yang selama ini dia peroleh ditanggung oleh program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
Ya, kepesertaan JKN-KIS Rustam terdaftar pada segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI). Dia didaftarkan Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Meski begitu, Rustam tidak pernah berkecil hati ketika menjalani perawatan menggunakan KIS.
"Rasanya pasti sangat berat kalau tidak pakai KIS," ungkap Rustam.
Dia menilai pelayanan yang diberikan oleh RS sangat baik dan tidak membeda-bedakan. Baik segmen kepesertaan maupun jenis penjaminannya.
"Saya kan KIS nya yang dari pemerintah, tapi pas lagi cuci darah banyak gabung sama orang yang KIS nya mandiri, pegawai negeri, bahkan pasien umum juga. Semuanya dilayani merata dan tidak ada yang dibeda-bedakan," akui Rustam.
Bagi Rustam, program JKN-KIS menjadi andalannya dalam soal pembiayaan pelayanan kesehatannya.
Selain karena penjaminan yang menyeluruh dan pelayanan yang diperoleh telah sangat baik.
Rustam pun tak khawatir dengan JKN-KIS. Dengan KIS prosedur untuk memperoleh pelayanan dengan penjaminan dapat dengan mudah.
"Pokoknya ikhtiar saya datang untuk cuci darah. Sudah hampir 70 kali saya cuci darah, kalau rata-rata biaya sekali cuci darah delapan ratus ribu rupiah, bisa dibayangkan berapa yang harus saya bayar jika tidak dijamin JKN-KIS," tutur Rustam.
Rustam menuturkan besar manfaatnya yang diterimanya dari JKN-KIS.
“Tak pernah terbayang kalau menjalani semuanya tanpa kartu ini apalagi saya sudah tidak bisa aktivitas dan bekerja berat lagi," tutup Rustam.