Nasional

Tabir Kematian 2 Bocah di Benawa HST, Korban Dipocong Hidup-Hidup oleh Ibu Kandung

apahabar.com, BARABAI – Perlahan namun pasti, polisi mulai menyingkap tabir kematian dua bocah di Batu Benawa,…

Featured-Image
Di balik garis polisi, foto keluarga kecil ibu terduga pembunuh anak kandung masih terpampang di dalam rumah tempat kejadian perkara. Foto-apahabar.com/Lazuardi

bakabar.com, BARABAI – Perlahan namun pasti, polisi mulai menyingkap tabir kematian dua bocah di Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

Kini, kasus kematian MNK (5) dan SNH (3), dua bocah yang diduga dibunuh oleh Sutarti, ibu kandungnya sendiri resmi naik status.

"Sudah naik sidik [penyidikan]," kata Kasat Reskrim, AKP Dany Sulistiono kepada bakabar.com.

Penyidikan kasus akan dilakukan berdasarPasal 80 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

img

Pemeriksaan TKP dipimpin langsung Kapolres HST AKBP Danang Widaryanto. apahabar/Hawari Lazuardi

Sejauh ini, penyidik telah memeriksa 5 saksi atas insiden yang menggemparkan warga di Kecamatan Batu Benawa, Rabu (25/11) sore itu.

Hanya saja, Dany tidak gamblang menyebutkan siapa saja saksi yang telah diperiksa.

Namun informasi dihimpun bakabar.com, saksi kunci atas kejadian itu tak hanya RI (9), anak tiri yang dirawat dan ikut tinggal serumah dengan Sutarti di Desa Pagat RT 8.

Selain RI, rupanya ada juga nama AN (15) kakak dari RI. Keduanya anak dari mendiang suami Sutarti, Ifin.

Selain itu ada juga nama JMP, warga sekitar rumah Sutarti. Dia turut melihat kejadian itu.

Hal itu diceritakan ipar atau adik mendiang suami Sutarti, Ipul (50). Rumahnya tak jauh dari TKP atau rumah Sutarti di Desa Pagat RT 8, Batu Benawa atau tepatnya di Desa Aluan Mati RT 5.

Diceritakan Ipul, pada awalnya ia tak tahu soal kematian dua ponakannya. Sampai RI buka suara saat diperiksa polisi yang mendatangi kediamannya.

Kronologi LengkapKematian Dua Anak Sutarti

img

Warga curiga mengingat biasanya kedua anak Sutarti bermain di luar rumah. Foto: bakabar.com/HN Lazuardi

Pagi pada hari kejadian, 25 November, RI masih di kediaman Sutarti. Antara pukul 09.00-10.00, dia berlari ke rumah Ipul.

“Waktu itu dia tidak memakai pakaian (baju) ke rumah saya,” kata Ipul saat ditemui awak media di kediamannya belum lama ini.

Lantas, Ipul pun memberikan baju bekas mendiang ayah RI atau suami Sutarti. Saat itu dia belum menaruh rasa curiga.

“Setelah itu saya mengantarnya ke rumah keluarga di Desa Waki Kecamatan Hantakan. Selama perjalanan hingga sampai dia tak bicara bahkan tidak bercerita apa pun yang terjadi,” aku Ipul.

Akhirnya kronologi kematian itu terungkap setelah RI dimintai polisi keterangan.

Polisi, kata Ipul sempat kesulitan menggali keterangan dari RI lantaran trauma.

“Dia trauma melihat kejadian itu,” ujarnya.

Dari sanalah, Ipul baru tahu ihwal kejadian yang sebenarnya.

"Anak tiri ini (RI) yang melihat pertama kali bagaimana Sutarti membunuh anaknya," ucap Ipul.

Dia, kata Ipul, menceritakan runtut apa yang terjadi di dalam rumah.

Yang pertama dibunuh adalah MNK baru kemudian anak bungsunya, SNH.

“Anak yang laki-laki dibunuh dengan cara dipocong dan dibekap (tubuhnya dibalut kain, leher hingga kepalanya diikat kain). Kedua, SNH sama dipocong dan dibekap dengan tangan,” kata Ipul menceritakan apa yang didengarnya dari keterangan RI kepada polisi.

img

Lantaran diduga depresi, Sutarti lantas dilarikan ke Poli Kejiwaan di RS Kandangan HSS untuk dilakukan observasi. Foto: Istimewa

Lantas bagaimana dengan kesaksian AN dan JMP?

AN sendiri, kata Ipul merupakan kakak dari RI atau anak mendiang suami Sutarti, Ipin dengan istrinya yang lain.

Ketika RI sampai di kediaman keluarganya tadi, dari Waki, kakak RI, AN langsung mendatangi kediaman Sutarti yang terkunci rapat. Beruntung AN punya kunci serep rumah itu.

Belum jelas perihal apa yang membuat RI mendatangi rumah Sutarti. Namun yang jelas AN langsung masuk ke dalam rumah Sutarti.

“Di dalam rumah AN mendapati Sutarti dalam keadaan tidak memakai pakaian. Saat ditanya AN mengenai keberadaan dua anak kandungnya Sutarti, Sutarti menjawab sudah dibunuh,” cerita Ipul lagi.

Sontak, AN keluar rumah dan mengunci pintu kembali dan mendatangi rumah Ipul.

“Karena saya tidak ada di rumah, saat itu masih di Waki. Lalu AN meminta salah satu tetangga, JMP untuk meminta menjenguk ke rumah Sutarti,” kata Ipul.

“Mereka berdua masuk ke rumah, melihat Sutarti sedang menangis memeluk kedua anak kandungnya. Saat itu kedua anaknya sudah tidak bergerak," cerita Ipul.

AN dan JMP pun langsung keluar rumah dan mengunci kembali pintu rumah tersebut.

JMP, kata Ipul, lantas menghubungi Ketua RT setempat. Akan tetapi sang Ketua RT tidak ada di tempat.

“JMP lalu menghubungi aparat Desa Aluan Mati dan mengabarkan apa yang diketahuinya tadi kepada warga,” terang Ipul.

Dari sini, lanjut Ipul, warga yang mengetahui kejadian itu berbondong-bondong mendatangi rumah Sutarti. Sementara AN balik kanan ke kediamannya di Waki.

Sekitar pukul 15.00, warga yang berdatangan pun menanyakan keberadaan sang anak kepada Sutarti. Jawaban yang didapat warga tadi pun sama persis dengan yang didapat JMP.

“Jawabannya selalu sama. Mana anak? Dijawabnya sudah mati dibunuh,” kata Wati salah satu tetangga Sutarti saat ditanyai bakabar.com di TKP pada hari kejadian.

Lantaran penasaran dengan ucapan Sutarti, ada warga mengintip dari jendela dan melihat MNK dan SNH berdampingan dengan posisi terlentang tanpa pakaian

Sutarti sendiri masih berada di dalam rumah. Dia juga tak menggunakan pakaian sama sekali.

Warga pun tak berani mengambil langkah untuk masuk ke rumah Sutarti. Hingga akhirnya warga memanggil pihak kepolisian.

Polisi datang baru warga berani mencongkel pintu rumah Sutarti.

Walau bisa masuk, polisi kesulitan mengamankan Sutarti. Sebab dia salam keadaan tanpa busana.

Hingga akhirnya, Sutarti mau memakai sarung. Polisi pun langsung mengamankan Sutarti.

Dia saat itu sempat mengusir para warga yang memenuhi pekarangan rumahnya dan mengoceh tak karuan.

Lantaran diduga mengalami depresi, Sutarti dibawa ke RS Kandangan untuk diperiksa kejiwaannya selama 14 hari.

“Sesuai SOP 14 hari. Jika tidak ada perubahan (kondisi kejiwaannya) yang signifikan kemungkinan bisa saja waktu observasinya ditambah,” kata Danny.

Sementara dua anaknya dimakamkan malam hari pada hari kejadian di Aluan Mati. Keduanya dimakamkan dekat dengan kubur sang ayah.

Komentar
Banner
Banner