bakabar.com, JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis survei terkait elektabilitas calon presiden atau capres di bidang ekonomi. Hasilnya, Prabowo Subianto paling dipercaya mampu menumbuhkan ekonomi Indonesia di 2024.
Survei tersebut dilakukan secara tatap muka atau face to face interview dengan menggunakan kuesioner kepada 1200 responden di seluruh Indonesia. Dengan 1200 responden, margin of error survei ini sebesar 2.9%. Survei tersebut dilakukan pada tanggal 3-14 Mei 2023.
Dalam hasil survei tersebut, sebelum pandemi (survei LSI Denny JA, September 2019), pemilih yang menyatakan isu ekonomi sebagai hal yang paling penting sebesar 42.3%. Sedangkan, isu hukum sebagai sebesar 14.5%. Isu politik sebagai hal paling penting sebesar 11.7%. Isu budaya 8.6%, Isu hubungan international sebagai hal paling penting sebesar 5.7%.
Baca Juga: Ssstt.. Gibran Bertemu Prabowo Subianto Malam Ini di Solo, Bahas Capres?
"Setelah pandemi dari hasil Survei LSI Denny JA, Mei 2023, pemilih yang menyatakan isu ekonomi sebagai hal yang paling penting, meningkat sebesar 64.7%," ujar peneliti LSI Denny JA Ardian Sopa saat memaparkan survei, Senin (29/5).
Pentingnya isu ekonomi akibat Covid-19, naik dari 42.3% dari September 2019, ke 64.7% pada Mei 2023. Terdapat kenaikan 22.4%.
Selanjutnya pasca-pandemi, isu hukum sebagai hal paling penting sebesar 10.7%. Isu politik (8.2%), isu budaya (5.3%), dan isu hubungan international (3.1%).
Dari hasil survei tersebut, Prabowo Subianto menjadi capres strong leader yang mampu menumbuhkan ekonomi.
Baca Juga: Deklarasi Nyapres, Prabowo Berjanji Jadi Pemimpin Jujur dan Bersih
Prabowo berada di urutan pertama dengan 56.2%. Diikuti oleh Anies Baswedan dengan 18.7%, dan Ganjar Pranowo diangka 14.8%.
Ardian menjelaskan alasan mengapa Ganjar menempati urutan ketiga dalam hal isu strong leader di bidang ekonomi.
Pertama, adanya istilah petugas partai yang melekat di Ganjar. Petugas partai tidak mengesankan kepemimpinan yang kuat, pemimpin yang mandiri, pengendali partai, apalagi pengendali pemerintah/elit negara.
"Istilah petugas partai melemahkan figur Ganjar di hadapan Prabowo yang merupakan pendiri dan ketua umum partai," ujar Ardian.
Baca Juga: PDIP-PPP Silaturahmi Sambil Bahas Dukungan ke Ganjar
Kedua, rekam jejak kepemimpinan Ganjar di Jawa Tengah. Ganjar dinilai gagal soal isu kemiskinan di Jawa Tengah.
"Kalau Gagal di Jawa Tengah, bagaimana jika 38 provinsi," ujarnya.
Ketiga, jika membandingkan rekam jejak dengan capres lain, Prabowo terkesan pemimpin yang diterima di spektrum politik yang lebih luas, untuk kuat memulai kebangkitan ekonomi.
"Jika Ganjar di garis Nasionalis, Anies di kubu politik Islam, Prabowo berada di poros tengah. Posisi politik ini memudahkan Prabowo membangun kerja sama dengan spektrum politik yang lebih luas," kata Ardian.
Baca Juga: Keunggulan Pasangan Prabowo-Erick di Tengah Dua Kutub antara Anies-Ganjar
Keempat, rekam jejak cita-cita Prabowo soal ekonomi Indonesia menjadi 'Macan Asia' sudah dikenal luas sejak Pilpres 2014.
"Prabowo dianggap sudah lebih lama dan intens dalam cita cita membangkitkan ekonomi Indonesia untuk lebih menonjol di tingkat dunia," pungkasnya.