Kalsel

Sungai Amandit Tercemar, Dewan: Kualitas Air Mengkhawatirkan

apahabar.com, BANJARMASIN – Bulan Februari 2019 lalu Provinsi Kalimantan Selatan disebut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan…

Featured-Image
Surinto, Anggota Komisi III DPRD Kalsel. Foto-apahabar.com/Rizal khalqi

bakabar.com, BANJARMASIN – Bulan Februari 2019 lalu Provinsi Kalimantan Selatan disebut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya sebagai salah satu dari lima provinsi yang indeks kualitas lingkungan hidupnya membaik. Benarkah?

Dalam Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan 2019 di Jakarta, Menteri mengajak Pemerintah derah meningkatkan lagi pencapaian Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) sebesar 66,5-68,5 tahun ini.

Hal senada pun diamini oleh Surinto, anggota Komisi III DPRD Kalsel. Secara statistik IKLH Provinsi ini terus membaik. Namun, di matanya ada suatu hal yang dianggap belum seirama dengan raihan statistik IKLH.

“IKLH itu ada tiga komponen, yaitu terkait kualitas air, kualitas udara dan kualitas tutupan lahan. Beberapa tahun terakhir memang capaian penanaman lahan kritis yang menjadi tanggung jawab Korporasi yang mendapat IPPKH menunjukan hasil yang signifikan, tapi secara faktual kualitas air kita masih sangat mengkhawatirkan,” ujarnya padabakabar.com, Rabu (26/6).

Surinto menjelaskan, masih tak seimbangnya penghijauan lahan dengan kerusakan akibat tambang menjadi faktor utama kurang baiknya kualitas air.

Satu hal yang mesti digaris bawahi, sambungnya, adalah dampak okupasi lahan terhadap kualitas air cepat, sebaliknya dampak dari reboisasi terhadap perbaikan kualitas air butuh bertahun-tahun.

“Orang kupas lahan hari ini bisa langsung berdampak terhadap kualitas lingkungan hari ini juga. Tapi orang tanam hari ini baru berdampak paling cepat 5 tahun kemudian. Jadi secara faktual IKLH kita angkanya membaik baru tersumbang dari meningkatnya penanaman lahan kritis, tapi apakah serta merta kualitas air dan udara langsung meningkat?” tuturnya.

Salah satu contohnya adalah dugaan tercemarnya Sungai Amandit. Sungai di lereng Pegunungan Meratus yang juga menjadi arena arung jeram atau Bamboo Rafting itu diduga kuat tercemar limbah tambang pasir-batu (Sirtu) dan batu bara. Pencemaran ini membuat aliran sungai menjadi keruh, dan berwarna kuning pekat.

Baca Juga:Sungai Amandit Tercemar, Warga HSS Menjerit!

Baca Juga:Warga Kelayan Timur Resah, Sekumpulan Pemuda 'Pesta' Lem dan Aldo di Jalan

Reporter: Rizal Khalqi
Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner