bakabar.com, BANJARBARU - Memiliki nama ilmiah Datura Metel, kecubung telah menghebohkan Kalimantan Selatan dalam beberapa pekan terakhir. Ternyata dibanding manfaat, buah ini memiliki lebih banyak mudarat.
Kecubung yang dikonsumsi dengan oplosan obat terlarang dan alkhol, telah menyebabkan puluhan warga harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum.
Tidak hanya dirawat, bahkan dua warga sudah meninggal dunia lantaran mengalami kelebihan dosis.
Kecubung sendirio mengandung berbagai jenis bahan psikoaktif, terutama alkaloid tropana. Beberapa alkaloid yang ditemukan dalam biji kecubung antara lain scopolamine, hyoscyamine, dan atropine.
Zat scopolamine adalah salah satu alkaloid yang paling dominan dalam biji kecubung. Alkaloid ini dapat memiliki efek yang menenangkan, mengurangi mual dan menghambat ingatan.
Sedangkan hyoscyamine memiliki efek mirip dengan scopolamine, karena dapat memengaruhi sistem saraf pusat dan mengurangi aktivitas otot.
"Meskipun ditemukan dalam jumlah yang lebih kecil, atropine dalam biji kecubung memiliki efek stimulan di sistem saraf pusat," papar psikatri di Rumah Sakit Idaman Banjarbaru, dr Sinta Dyah Amrih Lestari, Kamis (11/7).
Kendati tumbuh di alam bebas, penggunaan kecubung tetap harus dalam pengawasan medis karena mengandung senyawa-senyawa yang kuat dan membahayakan manusia.
"Penggunaan biji kecubung dengan tujuan psikoaktif dapat memiliki efek samping serius dan berpotensi membahayakan kesehatan fisik dan mental," tegas Sinta.
"Memang banyak yang menyebut kecubung juga mempunyai manfaat untuk kesehatan seperti meredakan nyeri. Namun demikian, manfaat kecubung belum pernah diteliti secara medis," tandasnya.