bakabar.com, MARABAHAN – Setidaknya dalam dua hari terakhir, warga di Kelurahan Handil Bakti Kecamatan Alalak, kesulitan mendapatkan air dari PDAM.
Tercatat sejak, Rabu (16/12) malam, warga mulai merasakan kelangkaan air leding. Sekalipun disedot menggunakan mesin pompa, air nyaris tidak keluar.
Situasi tersebut berlangsung hingga dua hari selanjutnya, sehingga warga mulai mengeluhkan pelayanan PDAM Barito Kuala.
“Sudah dua hari dua malam leding macet. Sampai sekarang belum mengalir, sehingga kami kesulitan mandi, cuci dan wudu,” papar Risma, salah seorang warga Kompleks Keruwing Indah Alalak, Jumat (18/12).
“Sementara kami membeli air galon untuk mandi, terutama untuk anak kami yang masih bayi. Juga kasihan tetangga kami yang berstatus pengantin baru,” selorohnya.
Semula diperkirakan penyebab kemacetan air adalah kerusakan pipa di Jalan Trans Kalimantan. Kebetulan jalan itu sedang diperlebar Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Wilayah XI Kalimantan Selatan.
Namun berdasarkan konfirmasi dari Kantor Pelayanan PDAM Batola Unit Alalak, kerusakan terjadi di lokasi lain.
“Terdapat pipa seukuran 315 milimeter yang bocor. Lokasi pipa berada di Jalan Gubernur Syarkawi, tepatnya di Desa Lokrawa,” jelas Sarwiji, Kepala Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Batola Cabang Alalak.
“Sebenarnya kami langsung melakukan perbaikan, tapi kemudian terkendala air pasang dan hujan, sehingga keretakan belum bisa dilas,” imbuhnya.
Perbaikan baru bisa dilakukan, Jumat (18/12) pagi. Air sungai yang masuk ke pipa langsung disedot, dilanjutkan proses penggantian dan pengelasan.
“Pengelasan sudah dilakukan dan sekarang tinggal pencucian pipa dalam tanah. Kebetulan bagian yang retak berada di sekitar sambungan pipa,” beber Sarwiji.
“Setelah pipa selesai diperbaiki, tentu air tak cepat mengalir seperti listrik yang sekali tekan langsung menyala. Oleh karena pelanggan juga banyak, aliran air sampai ke pelanggan terujung tentu agak lambat,” tambahnya.
Selain usia pipa, kerusakan diduga disebabkan tekanan tinggi air, terutama malam hari ketika mayoritas pelanggan tak membuka kran.
“Hal lain yang mempengaruhi adalah getaran akibat lalu lintas kendaraan. Sekalipun berjarak 50 meter dari jalan, getaran tetap terasa, terutama kalau truk tronton yang melintas,” beber Sarwiji.
“Insyaallah dalam satu hari kedepan, aliran kembali normal, kendati belum maksimal. Masyarakat juga mesti saling mengerti agar tidak semaunya menggunakan mesin pompa, sehingga semua pelanggan bisa mendapat air,” tandasnya.