bakabar.com, BANJARMASIN – Ada yang berbeda dalam pagelaran seni oleh STKIP PGRI Banjarmasin tahun ini. Memadukan budaya Banjar Lamut dengan seni drama tari (Sendratari), yang dikemas dalam karya kolosal bertema Maurak Waandung Lamut: Bujang Maluala.
“Kami punya misi khusus untuk menyebarkan kesenian Lamut ke semua, khususnya generasi muda,” ucap Nadia Amidah selaku ketua produksi dalam Sendratari Kolosal Bujang Maluala saat ditemui bakabar.com, di Kampus STKIP PGRI Banjarmasin belum lama ini.
Ini menjadi kali ke empat, STKIP PGRI Banjarmasin menggelar karya kolosal. Ketua program studi Sendratari, Suwarjiya mengatakan anak didiknya berguru langsung pada tokoh Palamutan Banjar, Gusti Jamhar Akbar, untuk menggarap tugas mata kuliah produksi ini.
“Tantangannya sangat tinggi, karena Lamut yang aslinya 3 hari 3 malam disampaikan. Kita ambil inti sarinya dan dikemas menjadi 1 jam,” ungkap Dosen Produksi ini.
Baca Juga:Sendratasik Berkarya 9 Sukses! Ibnu Sina: Layak Disajikan Kembali
Lamut umumnya hanya tradisi berkisah lewat bahasa tutur, namun untuk pertunjukkan kali ini mereka memadukannya dalam bentuk tarian.
“Kami visualkan dalam bentuk tari. Bahasa gerak kami ambil yang menerjemahkan, menginformasikan seperti apa pelamutan itu,” jelasnya
Tokoh Lamut di Kalimantan Selatan terbilang minim, Gusti Jamhar Akbar, mungkin hanya satu dari sekian yang masih mempertahankan tradisi kuno ini. Tantangan lain dari pentas kali ini menurut Suwarjiya adalah Lamut tidak populer dan tidak memiliki sumber tertulis.
“Ini murni narasumbernya lisan dari Kai Jamhar dan Pak Sainul (Dosen ULM) dalam bentuk disertasi belum dibukukan,” sebutnya.
Menutup obrolannya kepada media ini, Suwarjiya menyampaikan pagelaran Sendratari Kolosal Bujang Maluala akan dipentaskan pada Sabtu (1/2/2020) mendatang di Gedung Sultan Suriansyah. Melibatkan 135 penari dari kalangan pelajar, mahasiswa hingga alumni STKIP PGRI Banjarmasin. Maurak Maandung Lamut Bujang Maluala ini sendiri menceritakan sebuah tragedi yang terjadi di sebuah kerajaan.
Baca Juga:Menuju Sendratasik Berkarya IX: Adipati Karna dan Sumpah Setianya
Reporter: Musnita SariEditor: Muhammad Bulkini