Transaksi Kripto

Smart Contract, Indodax: Dukung Transaksi Kripto Tetap Transparan

CEO Indodax Oscar Darmawan nilai teknologi smart contract sebagai protokol eksekusi digital yang disimpan di jaringan blockchain.

Featured-Image
Ilustrasi kripto. Foto: ANTARA/HO-Indodax

bakabar.com, JAKARTA - Chief Executive Officer (CEO) Indodax Oscar Darmawan menyebutkan teknologi smart contract sebagai protokol eksekusi digital yang disimpan di jaringan blockchain. Hal itu diperlukan untuk menunjang agar transaksi kripto tetap aman dan transparan.

Smart contract berjalan secara otomatis dan melibatkan lebih dari satu pihak. “Dengan adanya Smart contract, kita dapat memasukkan aturan tersebut dan menerapkannya melalui kode," kata Oscar di Jakarta, Sabtu (29/4).

Menurut dia, jika perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak sudah menggunakan smart contract, maka tidak lagi memerlukan pihak ketiga yang berfungsi sebagai penengah atau untuk memastikan verifikasi transaksi.

"Karena smart contract ini berdiri di atas jaringan blockchain yang bersifat publik maka masyarakat umum sekalipun bisa melihat kontrak yang sudah disepakati," ungkap Oscar.

Baca Juga: Literasi Masyarakat, CEO Indodax: Penyebab Harga Kripto Alami Kenaikan

Melalui keterangan resminya, Oscar menjelaskan dengan adanya smart contract, teknologi itu memiliki kapasitas untuk memprogram apapun, namun yang menjadi dasar pembedanya, smart contract menggunakan sistem teknologi blockchain.

Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), jumlah pengguna aset kripto di Indonesia mencapai 16,55 juta orang per November 2022. Angka tersebut meningkat 48,7 persen dibandingkan 2021 yang tercatat 11,2 juta pengguna.

Jumlah itu didominasi pengguna di rentang usia antara 18 - 30 tahun. Data tersebut menunjukkan tingginya potensi pasar kripto di Indonesia, serta perlunya pemahaman lebih terkait sistem yang menunjang transaksi.

Oscar menjelaskan pada dasarnya konsep dari smart contract dipelopori oleh jaringan Ethereum. Oleh karena itu banyak token kripto yang beroperasi di jaringan Ethereum.

Baca Juga: Fase Halving Day, Indodax: Tahun Ini Momentum Tepat Investasi Kripto

"Dengan semakin banyaknya token yang berjalan di jaringan Ethereum, skalabilitas Ethereum pun semakin lambat. Belum lagi ditambah gas fee Ethereum yang juga besar. Dengan adanya kekurangan ini lahirlah jaringan smart contract lainnya yang mana beberapa diantaranya adalah jaringan Solana, Polygon, dan jaringan Cardano,” jelas Oscar.

Saat ini, teknologi smart contract telah banyak digunakan oleh developer dari NFT, pembuat token ataupun Decentralized Apps.

“Saya berharap penggunaan smart contract ini bisa digunakan tidak hanya pelaku industri di bidang blockchain namun pelaku industri di luar blockchain dan juga yang berada di pemerintahan,” jelasnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner