bakabar.com, BANJARMASIN – Pemerintah Belanda berniat mengembalikan berlian 70 karat milik Kesultanan Banjar ke Indonesia.
Niat itu disambut hangat oleh Sultan Banjar Pangeran Haji Khairul Saleh Al-Mu’tashim Billah. Termasuk para budayawan dan sejarawan di Kalimantan Selatan.
Lantas bagaimana kisah Berlian jatuh ke pangkuan Belanda?
Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP ULM, Mansyur mengatakan intan ini sekarang dikoleksi Rijks Museum Amsterdam sejak tahun 1875 silam.
Berlian itu memiliki berat 7.65 gram, panjang 2.1 cm, lebar 1.7 cm dan tinggi 1.4 cm.
“Berlian ini awalnya berukuran 70 karat, namun setelah diasah menjadi 35 karat. Berlian ini adalah rampasan perang,” ucap Mansyur kepada bakabar.com, Selasa (13/10) pagi.
Dulunya, kata dia, berlian itu dimiliki oleh Panembahan Adam atau Sultan Adam, Sultan Banjarmasin tahun 1825-1857.
Di mana berlian tersebut adalah pusaka, simbol kedaulatan sultan.
Namun setelah Sultan Adam meninggal, Belanda ikut campur dalam suksesi di Kesultanan Banjar.
“Pada 1860 pasukan Belanda dengan brutal menguasai wilayah Kesultanan Banjarmasin dan menghapuskan Kesultanan,” bebernya.
Kemudian, berlian kasar itu dikirim ke Belanda dan dipotong berbentuk persegi panjang dengan ukuran 36 karat.
Diberitakan sebelumnya, museum asal Belanda berjanji mengembalikan pusaka yang dijarah era kolonial ke negara asalnya, termasuk ke Indonesia. Salah satu barang yang kemungkinan dikembalikan adalah berlian 70 karat Banjarmasin.
Pusaka berlian 70 karat milik Sultan Banjarmasin sempat diambil Belanda dari Indonesia. Berlian 70 karat itu dipajang di Rijksmuseum, Amsterdam.
“Jika itu bukan milik Anda, maka Anda harus mengembalikannya,” kata penulis laporan badan penasihat pemerintah, Lilian Gonçalves-Ho Kang You, saat mengusulkan komite independen.
Taco Dibbits, direktur Rijksmuseum, mengatakan lembaganya sudah bekerja untuk mengidentifikasi asal-usul koleksinya dan struktur formal untuk pengembalian akan diterima.
“Menurut kami, membentuk komite independen dan pusat keahlian untuk menangani klaim apa pun dari negara bagian merupakan saran yang baik. Kami berharap hal ini berkontribusi pada dialog yang konstruktif dengan negara asal. Selain itu, penting agar museum bekerja sama secara internasional untuk menambah pengetahuan tentang kawasan ini,” ujar Taco Dibbits.
Sebelum ini, pemerintah Belanda pernah mengembalikan pusaka yang disimpan ke Indonesia. Pusaka yang pernah dikembalikan antara lain keris Pangeran Diponegoro dan keris Bugis.
“Kami dari Sekretariat Presiden beserta jajaran menyerahkan sebuah keris yaitu keris yang telah diberikan oleh Perdana Menteri Belanda pada tanggal 23 November 2016, pada saat beliau berkunjung ke Indonesia, ke Bogor, dan menyerahkan kepada Bapak Presiden Joko Widodo sebuah keris dari Bugis,” kata Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono dalam keterangan tertulis dari Sekretariat Presiden.