Hot Borneo

Setelah Delapan Bulan, Kalsel Akhirnya Mengalami Deflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel mencatat secara Month to Month (MtM) pada Mei 2023, provinsi ini mengalami deflasi 0,05 persen.

Featured-Image
Ilustrasi deflasi. Foto: Kepripedia

bakabar.com, BANJARBARU - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat secara Month to Month (MtM) Mei 2023, Kalimantan Selatan mengalami deflasi 0,05 persen.

Dari tiga kabupaten/kota yang menjadi sampel Indeks Harga Konsumen (IHK), dua di antaranya mengalami inflasi.

Kotabaru tercatat membukukan laju inflasi mencapai 0,56 persen dengan IHK 121,80. Kemudian Tabalong membukukan laju inflasi 0,15 persen dengan IHK sebesar 116,98.

Sementara Banjarmasin mengalami deflasi 0,14 persen dengan IHK sebesar 118,30.

"Akhirnya Kalsel bisa mengalami deflasi setelah delapan bulan terakhir. Terakhir kali deflasu terjadi Agustus 2022," papar Kepala BPS Kalsel, Martin Wibisono, Sabtu (10/6).

Beberapa komoditas yang menjadi penyumbang andil deflasi terbesar adalah angkutan udara, cumi-cumi asin, cabai merah, obat gosok, sandal kulit pria, sandal anak, cabai rawit dan ikan papuyu.

Sedangkan penahan laju deflasi bulanan adalah ikan gabus, sewa rumah, bawang merah, tukang bukan mandor, daging ayam ras, obat dengan resep, bawang merah, ikan nila, emas perhiasan dan biaya fotokopi.

Sementara Kepala Dinas Perdagangan Kalsel, Birhasani, menjelaskan sudah berupaya secara proporsional untuk mengendalikan inflasi. Selanjutnya tinggal keseriusan upaya masing-masing kabupaten/kota untuk melakukan upaya serupa.

"Sepanjang Mei 2023, Banjarmasin dan Tabalong mengerahkan APBD untuk menekan infalsi. Mereka bahkan menggunakan dana Belanja Tidak Terduga (BTT)," jelas Birhasani.

"Kami juga berharap Pemkab Kotabaru segera melakukan hal yang sama sebagai upaya maksimal mengendalikan inflasi," pungkasnya. 

Editor


Komentar
Banner
Banner