bakabar.com, BANJARMASIN - Tuan Guru H Ahmad Mulkani selagi muda kerap menginap di kediaman Abah Guru Sekumpul -KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani-. Sekarang Guru Mulkani menyadari, kenangan itu sangat berharga.
Guru Mulkani -akrab beliau disapa- menceritakan di masa mudanya ketika sering menginap di kediaman Abah Guru Sekumpul.
Baca Juga: Stadion Demang Lehman Siap Tampung Ribuan Jemaah Haul Sekumpul
"Di umur sekitar 17 tahun, aku sering menginap di kediaman Abah Guru Sekumpul," ujar Guru Mulkani.
Di dalam rumah yang beralamat di Komplek Ar Raudhah Sekumpul Kalimantan Selatan itu, Guru Mulkani banyak menyimpan kenangan bersama.
Guru Mulkani mengingat, suatu malam ketika berbincang masalah ilmu, Abah Guru Sekumpul kerap menyenandungkan qasidah-qasidah yang merdu. Namun qasidah tersebut tidak populer di telinga Guru Mulkani.
Baca Juga: Jelang Haul Sekumpul, Warga Jl Pendidikan Perbaiki Jalan dan Jembatan
"Aku tidak pernah mendengar qasidah seperti itu sebelumnya," kata Guru.
Asyik mendengarkan, tiba-tiba saja, Abah Guru Sekumpul menghentikan lantunan Qasidahnya.
Baca Juga: KPU dan Bawaslu Banjar Sepakat, Haul Sekumpul Steril dari "Politik"
"Kita stop dulu kran dari Madinah," ujar Guru Mulkani mengutip perkataan Abah Guru waktu itu.
Di waktu yang lain, Guru Mulkani memijat Abah Guru Sekumpul sembari mengobrol tengah malam. Tak lama kemudian datang beberapa ulama tua di Martapura. Rupanya, ada pengajian.
Baca Juga: Warga HSS Sumbang Puluhan Ekor Sapi Untuk Haul Abah Guru Sekumpul
"Kejadian itu sekitar tahun 90-93. Di antara ulama yang kuingat hadir, Guru As'ad dan Guru Hudhari. Kitab yang dibaca, Kitab Fathurrahman."
Tapi, Guru Mulkani mengaku tak ikut mengaji bersama para ulama tua tersebut.
"Aku disuruh tidur di kamar oleh Abah Guru. Selesai mengajar, beliau membangunkanku untuk makan bersama. Saat itu jam 3 dini hari, aku ingat makanannya, lontong."
Baca Juga: Disperindag Banjar: Pedagang Jangan Naikkan Harga Saat Haul Sekumpul
Setelah makan, Abah Guru Sekumpul masuk ke kamar sebentar, kemudian ke luar untuk shalat shubuh berjamaah. Setelah selesai wiridan, beliau kembali mengajak berbincang hingga menjelang siang.
Abah Guru kemudian meminta "khadam" beliau untuk mengantarkan Guru Mulkani pulang.
"Saat itu, aku diberi uang Rp50 ribu. 5 lembar Rp10 ribuan."
Guru Mulkani mengaku terpesona dengan akhlak Abah Guru Sekumpul. Meskipun saat itu beliau masih berumur muda, tapi Abah Guru memperlakukan beliau dengan begitu hormat. Terkadang, Guru Mulkani diajak Abah Guru menghadiri majelis beliau di luar kota.
Menurut Guru Mulkani pertama kali mengenal Abah Guru Sekumpul ketika diajak Sang Ibu ke majelis Abah Guru Sekumpul di Keraton.
Sementara kedekatan Abah Guru Sekumpul dan Guru Mulkani diikat kekerabatan yang cukup dekat. Keduanya, sama-sama keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dari pihak laki-laki.
Baca Juga: Disperindag Banjar Siap Tampung Ratusan Jemaah Haul Sekumpul, Lihat Alamatnya
Editor: Muhammad Bulkini