Kalsel

Sepenggal Cerita Korban Banjir Pesisir Sungai Martapura

Puluhan tangan melambai disertai sorak bahagia ketika kelotok berisi sembako dan pakaian yang ditumpangi Apahabar.com tiba…

Featured-Image
Puluhan warga sambut donasi dari Apahabar.com dan MG Elang. Foto-Apahabar.com

Puluhan tangan melambai disertai sorak bahagia ketika kelotok berisi sembako dan pakaian yang ditumpangi Apahabar.com tiba di Desa Pejambuan, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar.

Muhammad Robby, MARTAPURA

Manajemen Apahabar.com kembali menyalurkan donasi bagi korban banjir di Desa Pejambuan, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Minggu (24/1).

Jarak tempuh dari pusat kota Banjarmasin menuju lokasi diperkirakan kurang lebih 3 jam.

Akses ke lokasi hanya bisa dilewati menggunakan moda transportasi sungai.

Nuansa banjir kian terasa di sepanjang sungai Martapura.

Tak sedikit rumah warga sekitar yang terendam. Bahkan ambruk dihantam gelombang.

Sebagian warga memilih mengungsi. Namun ada pula yang memutuskan bertahan di tengah keterbatasan.

Dengan peralatan seadanya, mereka rela tinggal mengapung di atas sampan.

Tempat ibadah maupun fasilitas pendidikan pun disulap menjadi pengungsian.

Posko darurat berseliweran di kiri dan kanan sungai Martapura.

Puluhan warga bersampan nekat menyambangi setiap kelotok yang melintas. Tak lain demi paket sembako.

Menariknya seutas tali diikat memanjang membelah sungai Martapura.

Dengan dalih agar kelotok melintas secara perlahan. Bukan hanya sekali, melainkan per radius 1 kilometer.

Tiba di Posko Jambu Merah 2, puluhan ibu-ibu menyambut dengan ceria.

"Alhamdulillah, bantuan ini akan kita salurkan semaksimal mungkin kepada warga," ucap Ketua Posko Jambu Merah 2, Masrani kepada bakabar.com.

Mantan kepala desa ini mengatakan penyaluran donasi di sana terbilang cukup lancar.

Selain sembako dan pakaian, mereka juga memerlukan obat-obatan bagi masyarakat setempat

"Saat ini kita juga perlu obat-obatan, khususnya obat kulit," sebutnya.

Terparah Sejak 64 Tahun

Masrani mengaku banjir ini merupakan musibah terparah selama hidupnya.

Memang pada 2006 silam banjir pernah terjadi, tambah dia, namun tak separah ini.

"Ini paling parah sudah," bebernya.

Saat banjir menerjang, dia pun harus keluar rumah dengan sehelai kain di badan.

Tak terlintas di benaknya untuk menyelamatkan harta benda.

Menurutnya, keselamatan diri jauh lebih utama.

Walhasil sepeda motor, padi hingga harta berharga lainnya basah terendam air.

"Beruntung kita masih diberikan kesehatan dan tak memakan korban jiwa," pungkasnya.

Komentar
Banner
Banner