bakabar.com, JAKARTA - Per Rabu (2/11), tepat pukul 24.00 WIB, Pemerintah Indonesia resmi menghentikan siaran TV analog. Penghentian ini bukan berarti masyarakat sama sekali tak bisa menonton TV; mereka mesti beralih ke siaran TV digital.
Siaran TV digital sejatinya bukanlah barang baru. Teknologi ini eksis sejak Juni 1990 silam, yang ternyata lahir dari persaingan teknologi antara Amerika Serikat dan Jepang.
Tiga tahun sebelum Negeri Paman Sam meluncurkan TV digital, Jepang sudah terlebih dahulu memperkenalkan sistem televisi definisi tinggi (HDTV). Adalah Stasiun TV NHK Jepang, yang pertama kali menampilkan siaran HD dengan kualitas gambar lebih baik.
Seolah tak terima dengan inovasi rivalnya itu, Amerika Serikat melalui Lembaga Penyiaran Televisi (FCC) lantas turut mendorong perkembangan HDTV. Alhasil, pada 1990, sebuah perusahaan elektronik mengumumkan sistem TV digital pertama di dunia.
Adalah Woo Paik, insinyur kelahiran Korea yang merancang sistem TV digital dengan gambar berwarna 1.080 garis. Temuan ini juga sukses mengirimkan informasi yang diperlukan untuk gambar melalui saluran televisi konvensional.
Bermula dari Sinar Elektroda
Jauh sebelum ditemukan teknologi digital, televisi pertama kali dibuat dengan menggunakan sinar elektroda. John Graham dan Saththam adalah dua tokoh yang menginisiasi teknologi demikian pada abad ke-18.
Konsep tersebut lantas dikembangkan dengan adanya sebuah penemuan dasar gelombang elektromagnetik oleh Joseph dan Michael Faraday pada 1831. Berkat penemuan tersebut, teknologi komunikasi elektronik kian berkembang.
Salah satu perkembangan itu datang dari Alexander Graham Bell dan Thomas Edison, di mana pada 1880, mereka mengemukakan teori bahwa perangkat komunikasi bukan sekadar mampu mengirim suara, tetapi juga gambar sekaligus.
Berangkat dari hipotesis tersebut, Bell pun menciptakan sebuah alat komunikasi: photophone. Sementara itu, di belahan dunia lain, seorang mahasiswa Jerman yang bernama Paul Gottlieb Nipkow sukses melahirkan alat yang mirip dengan televisi analog.
Dilanjutkan dengan Disk Berputar
Tepatnya pada 1884, mahasiswa yang akrab disapa Nipkow itu menciptakan alat komunikasi bernama teleskop elektrik. Beranjak dari temuan ini, John Logie Baird turut ‘menyumbangkan’ inovasinya.
Pada 1925, dia mengembangkan televisi menggunakan disk berputar yang mampu memindai gambar bergerak menjadi impuls elektronik. Mulanya, hasil dari impuls yang dikirim melalui kabel ke layar tersebut akan muncul sebagai pola terang dan gelap dengan resolusi rendah.
Baird pun mendemonstrasikan hasil temuannya, di mana mencoba melakukan siaran pertama dengan menampilkan kepala dua boneka ventrilokusi. Demonstrasi itu dilakukan menggunakan peralatan kamera yang tak terlihat penonton.
Dari eksperimen tersebut, sang insiyur asal Skotlandia berhasil menghasilkan gambar dengan resolusi 30 baris. Resolusi ini cukup memperlihatkan wajah manusia dari lensa dengan spiral ganda.
Singkat cerita, temuan Baird terus dikembangkan, hingga akhirnya menghasilkan ‘televisior.’ Temuan yang sudah disempurnakan tanpa menggunakan radio ini merupakan pemasaran televisi massal yang pertama kali dilakukan.
Selang empat tahun usai penjualan perdana itu, televisi tampil lebih ciamik. Alat tersebut disempurkan dengan tabung sinar katode yang diproduksi di Jerman. Alhasil, sederet negara besar lainnya pun ikut menyusul memproduksi televisi.
Demikianlah sejarah singkat mengenai televisi, dari yang semula bermodalkan sinar elektroda hingga tercetus siaran TV digital. Semoga bermanfaat!