Religi

Sebut Ramadan Terjadi 2 Kali di 2030, Begini Penjelasan Astronom

apahabar.com, JAKARTA – Pada tahun 2030 Masehi, Ramadan diprediksi terjadi dua kali, yakni Ramadan 1451 dan…

Featured-Image
Ilustrasi, Ramadan. Foto-Istockphoto/Getty Image.

bakabar.com, JAKARTA – Pada tahun 2030 Masehi, Ramadan diprediksi terjadi dua kali, yakni Ramadan 1451 dan 1452 Hijriah. Prediksi tersebut diungkapkan Astronom asal Arab Saudi Khaled al-Zaqaq.

Bagaimana bisa itu terjadi?

Diketahui, penentuan Ramadan dan bulan-bulan hijriah lainnya, memakai dasar perputaran bulan terhadap bumi. Sementara, kalender masehi memakai patokan perputaran bumi terhadap matahari.

Dilansir CNN Indonesia yang mengutip Al Arabiya, perbedaan antara dua kalender ini berarti Ramadan akan jatuh dua kali dalam satu tahun masehi atau gregorian kira-kira setiap 30 tahun.

Fenomena dua kali puasa dalam satu tahun masehi terakhir kali terjadi pada 1997 dan 1965. Setelah 2030, diperkirakan fenomena ini akan terjadi lagi pada 2063.

Menurut Khaled, pada 1451 H, Ramadan akan dimulai 5 Januari 2030. Ramadan 1452 H akan jatuh pada 26 Desember 2030. Dengan perhitungan itu, umat Islam akan berpuasa selama sekitar 36 hari pada tahun 2030. Rinciannya, puasa 30 hari untuk tahun 1451 H dan puasa enam hari untuk tahun 1452 H.

CEO Dubai Astronomy Group Hassan Ahmed Al Hariri menjelaskan dua Ramadan dalam satu tahun itu merupakan fenomena biasa karena tahun hijriah 11 hari lebih pendek daripada tahun masehi.

Diketahui, tahun lunar alias hijriah berlangsung selama 354 atau 355 hari. Tahun masehi berlangsung 365 hari. Alhasil, satu tanggal tertentu pada hijriah bisa terjadi dua kali pada kalender masehi.

“Kalender matahari dan kalender lunar berjalan secara terpisah satu sama lain, dan berbeda. Kalender matahari tetap dengan matahari, sedangkan kalender lunar selalu 11 hari lebih pendek. Jadi memiliki dua Ramadhan adalah hasil alami dari memiliki dua kalender yang berbeda, ” kata Al Hariri, dikutip dari Gulfnews.

“Kalender diciptakan oleh manusia agar kita bisa memakainya sebagai patokan waktu. Orang-orang harus melihat dua Ramadan ini sebagai hal yang wajar,” imbuh dia.

Sebagai informasi, terdapat dua metode untuk menentukan awal bulan Ramadan. Metode itu ialah rukyatul hilal (pengamatan) dan metode hisab (perhitungan).

Rukyatul hilal merupakan proses pengamatan tampaknya hilal saat matahari terbenam menjelang awal bulan hijriah. Pengamatan ini dilakukan dengan mata telanjang ataupun menggunakan alat bantu seperti teleskop.

Hilal sendiri adalah fase bulan sabit setelah bulan baruyangtampak setelah matahari terbenam atau pada waktu maghrib. Hal ini disebabkan intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding cahaya matahari serta ukurannya sangat tipis.

Aturan terbaru, Indonesia memakai 3 derajat hilal sebagai dasar penentuan bulan baru hijriah.



Komentar
Banner
Banner