bakabar.com, MARABAHAN – Sahabat Bekantan Indonesia kembali mengevakuasi seekor bekantan di Desa Anjir Muara Kota, Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Jumat (11/9) kemarin sore.
Hewan primata khas Kalsel itu diduga tertabrak mobil pikup yang melintas di Jalan Trans Kalimantan, Kilometer 26, dekat Jembatan Barito.
“Kami mendapat laporan dari masyarakat setempat sekira pukul 16.30 Wita,” ucap Ketua Sahabat Bekantan Indonesia, Amelia Rezeki kepada bakabar.com, Sabtu (12/9) pagi tadi.
Kondisi sementara, kata dia, bekantan mengalami luka di bagian tubuh luar seperti tangan dan area dagu.
“Sementara berdasarkan hasil yang kami observasi ada luka terbuka di luar tubuh seperti tangan dan area bawah wajah,” beber Dosen Muda Prodi Biologi FKIP ULM ini.
Pihaknya akan melakukan cek lanjutan untuk mengetahui secara detail kondisi bekantan tersebut.
“Nanti mau dicek dokter untuk melihat kondisi detailnya,” pungkasnya.
Sekedar diketahui, kasus serupa juga pernah terjadi di Amuntai, Hulu Sungai Utara (HSU), pada Juli 2020 silam. Bahkan, saat itu, seekor bekantan yang diduga tertabrak pemotor langsung tewas di tempat.
SBI pun prihatin atas peristiwa nahas tersebut. “Jelas ulun sangat prihatin dan sedih karena kesekian kalinya maskot Kalsel menjadi korban,” ucap Amelia, belum lama tadi.
Peristiwa nahas ini menambah deretan kasus bekantan yang tewas tertabrak pemotor di Kalsel.
Menurutnya, jika bekantan sering melakukan perpindahan, maka terdapat indikasi kerusakan habitat.
Mengingat, bekantan merupakan primata yang sensitif.
Terlebih jika habitatnya rusak dan pakannya tidak memenuhi daya dukung kehidupan lagi.
“Kerusakan ini akibat alih fungsi lahan yang menyebabkan terjadinya fragmentasi habitat,” tegasnya.
Amel menyarankan, agar pemerintah menyediakan rambu-rambu terkait informasi bahwa jalan tersebut sering menjadi lintasan satwa liar.
“Tidak hanya bekantan, kami pernah menemui sigung dan kucing hutan yang tewas di tempat,” bebernya.
Konsep tersebut sudah diterapkan di luar negeri sana.
Banyak jalan yang diberi tanda khusus sehingga masyarakat pengguna jalan diminta untuk mengurangi kecepatan.
“Selain satwa, pengendara jalan pun bisa bahaya karena melaju dengan kecepatan tinggi,” pungkasnya.
Editor: Syarif